Wednesday, March 30, 2011

SKEMA POLITIK NO - EKONOMI YES (Blue Print Orde Baru)


Skema dan penjelasan disarikan dari buku: Hendarmin Ranadireksa, VISI BANGSA, Gudang Pangan (Dunia), Tujuan Wisata (Dunia), dan Pru-paru Dunia, Permata Artistika 2000, hal.15-80.

Keterangan Gambar:

P-1
DEPOLITISASI KEHIDUPAN POLITIK
Pemandulan kegiatan politik (melalui penyederhanaan jumlah partai);
9 (sembilan) partai politik yang ada dilebur menjadi 2 (dua) partai politik (sepenuhnya dalam kendali kekuasaan) yakni partai politik yang ‘menampung’ aspirasi/berwawasan keagama (Islam): PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan
Partai politik ‘menampung’ aspirasi/berwawasan kebangsaan: PDI (Partai Demokrasi Indonesia) dan satu wadah politik, bentukan rezim kekuasaan, yang dinyatakan sebagai BUKAN PARTAI POLITIK (mengusung doktrin "Politik NO"), yakni: Golkar (Golongan Karya).

Catatan:
Dalam prakteknya selama 32 tahun Golkar bertindak sebagai partai politik biasa namun dengan mengikut sertakan lembaga-lembaga non politik berkiprah dalam GOLKAR yakni, Militer/ABRI (Jalur “A”), Birokrasi (pegawai negeri/Jalur “B”), Swasta (Jalur “G”/Golkar)
Eliminasi politik aliran melalui Asas Tunggal Pancasila.
Dokrtin: “Politik Kotor”. Artinya kalau berpolitik harus mau melakukan yang kotor.

DP-1 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif - Negatif ).
Pembangunan ‘cepat’ karena dilaksanakan dengan sistem perintah (top-down) lewat mesin politik Birokrasi. Namun, karena rakyat tidak boleh bersuara, maka feedback tidak dimungkinkan. Artinya deviasi pembangunan tidak memungkinkan dikoreksi.
Jangka Panjang (Negatif)
Kehidupan bernegara tidak mengenal ideologi. Masyarakat tidak paham apa makna bernegara. Dihidupkan doktrin PRAGMATISME (ala Orde Baru). Orientasi bernegara bersifat jangka pendek.
Karena kehidupan politik dimonopoli penguasa (militer melalui Golkar) maka masyarakat buta politik.
Karena selalu didengungkan 'politik itu kotor' maka kaum intelektual enggan berpolitik. Di sisi kain penguasa 'bebas' melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma dan etika moral).

K-1 (KRISIS)

Publik mengalamai DISORIENTASI MAKNA POLITIK.
Skeptisisme masyarakat/rakyat terhadap nasib & masa depan bangsa.

----------------------------------------------------------------------------------------------

P-2
(Melaksanakan) PANCASILA & UUD 45
Sakralisasi P’sila & UUD 45 lewat program indoktrinasi, P-4 (Pedoman Penghayatan Pelaksanaan Pancasila) yang dalam praktek penguasa memonopoli tafsir.
Difungsikan lembaga-lembaga tinggi negara & diterapkan asas hukum yang formalistis-legalistik, sebagai dasar untuk: Legitimasi kekuasaan: Pemilu & SU MPR secara reguler per 5-th dan Legalitas kekuasaan: GBHN, Tap MPR, UU, PP, Kepres, Kep Men, SK Gub, SK Bup, SK Walikota.

DP 2 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
Hiruk pikuk politik aliran bisa diredam.
Pijakan hukum jelas.
Jangka Panjang (negatif)
P’sila/UUD 45 jadi alat kekuasaan / alat pemukul penguasa.
Pemilu, MPR, DPR, menjadi alat penguasa untuk melagilsasi kekuasaan dan me-‘legitimasi’ pelanggengan kekuasaan.

K -2 (KRISIS)

Krisis Bernegara dan berkonstitusi
Krisis kepercayaan terhadap: Pancasila, lembaga-lembaga negara, hukum & keadilan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------
P-3
DWI FUNGSI ABRI
Akselerasi Pembangunan melalui pola top-down. Militer (budaya top-down / ketertundukan pada perintah atasan) masuk ke Domain Sipil (budaya bottom-up / ketertundukan pada aturan/undang-undang).
Militer (AD) / ABRI mendominasi lembaga-lembaga: Trias Politika (Legislatif, Eksekutif, Yudikatif), Birokrasi, BUMN, dan/atau membentuk unit-unit usaha di bawah naungan militer/kepolisian.
Ditanamkan kesadaran kolektif: “superioritas militer atas sipil dalam organisasi, manajemen & disiplin”

DP-3 (DAMPAK

Jangka Pendek (Positif).
Pembangunan cepat (menggunakan sistem komando ala militer)
Jangka Panjang (negatif)
Superioritas dan impunity ABRI.
Profesionlisme militer luntur (dimanfaatkan pengusaha).
Norma dalam Domain Sipil lumpuh (meritokrasi,PACE, dll)

K -3 (KRISIS)

Krisis Integritas Militer
ABRI/militer teralienasi dari Rakyat.

-----------------------------------------------------------------------------------------
E-1
TRILOGI PEMBANGUNAN

E-1-1.
STABILITAS.
Dikekalkan’ 2-musuh abadi: Ekstrim Kiri (PKI) dan Ekstrim Kanan (Islam fundamentalis).
Kendali politik dan keamanan (polkam) dilakukan lewat penguasaan teritorial oleh militer (Kodam, Korem, Kodim, Koramil, Babinsa).
Sistem pengawasan dan monitoring intelejen secara masif seperti Opsus (Operasi Khusus di bawah Letjen Ali Murtopo), Bakin (Badan Koordinasi Intelejen Negara), Bais (Badan Intelejen Strategis / BIA (Badan Intelejen ABRI), Kopkamtib (Komando Pemulihan keamanan dan Ketertiban) dipimpin langsung Pangkopkamtib / Presiden / Panglima Tertinggi / Pemegang Super Semar / Mandataris MPR / Ketua Dewan Pembina GOLKAR, Jenderal Besar H.M. Soeharto.

DE-1 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
Pembangunan berajalan tanpa gonjang-ganjing politik.
Jangka Panjang (Negatif)
Tidak ada dialektika (tidak ada kritik). Arah pembangunan tidak jelas.
Karena setiap anggota masyarakat merasa ‘di-intel-i’ tercipta iklim saling curiga dalam kehidupan masyarakat.

K-4 (KRISIS)

Stabilitas Semu
Memendam potensi konflik.

-------------------------------------------------------------------------------------------------
E-1-2.
PERTUMBUHAN.

Obsesi: “INDONESIA INCORPORATED” (Negara dan Swasta satu kepentingan).
Konglomerat diposisikan sebagai ‘lokomotif ekonomi’ (trickle down effect, Rostow).
Asset & Modal (instant): SDA, PMA, PMDN, Obli-gasi, dan Utang LN.

DE-2 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
Laju pertumbuhan ekonomi cepat.
Jangka Panjang (Negatif)
Obsesi pada ‘Mengejar Pertumbuhan’ SDA (Sumber Daya Alam) Tidak Terbarukan habis terkuras, lingkungan rusak, kualitas SDM terabaikan.
Ekses sistem konglomerasi (memberi fasilitas habis-habisan pada konglomerat/kroni Soeharto): utang lepas kendali --> bank-bank pemerintah dan bank swasta bobol.

K-5 (KRISIS)

Krisis Ekonomi
Tatanan ekonomi amburadul, kesenjangan sosial bertambah tajam dan meluas, dan kerusakan lingkungan pada tingkat parah.
-------------------------------------------------------------------------------------------
E-1-3.
PEMERATAAN.
Sasaran: Pengusaha menengah/kecil, Koperasi, dan IBT.
Sarana: Bank-bank Negara, BUMN & Konglomerat.
Aplikasi: melalui regulasi (Kepres-14a, Kepres-18, KIK, KMKP, Kredit Candak-kulak, penyisihan keuntungan BUMN, dll)

DE-3 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
‘Katarsis’ bagi golongan ekonomi kecil/menengah.
Jangka Panjang (Negatif)
Konsep lemah/mentah (sebatas retorika politik) à gap (kesenjangan) ekonomi & sosial makin parah, kecemburuan daerah thd pusat meningkat.

K-6 (KRISIS)

Krisis Sosial & Kewilayahan
Ancaman (atau proses?) disintegrasi bangsa.
----------------------------------------------------------------------------------------------
E-2
KEPENDUDUKAN & PANGAN

E-2-1.
TRANSMIGRASI
Dasar Kebijakan: Populasi P Jawa terlalu padat yang mengakibatkan ketidakseimbangan daya dukung lahan terhadap jumlah penduduk.
Obyek: Petani miskin, korban gusuran, tunawisma, penganggur, dll.
Sasaran: Pulau-pulau luar P. Jawa.

DE-4 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif ).
Tidak jelas.
Jangka Panjang (Negatif)
Disharmoni + resistensi dengan penduduk lokal (penduduk lokal menilai sebagai bentuk intervensi dan/atau kolonisasi orang Jawa. Contoh: Kasus Sampit, Sangau Ledo, dll.
Culture/Social gap.
Obsesi ‘hanya’ pada target berakibat pada buruknya kualitas prasarana (jalan, rumah, dll).

K-7 (KRISIS)

Krisis Sosial & Kewilayahan
Ancaman/proses(?) disintegrasi bangsa.
---------------------------------------------------------------------------------------------
E-2-2.
KELUARGA BERENCANA (KB)
Tujuan: Menuju Keluarga Sejahtera dengan cara mengurangi/menekan laju pertumbuhan penduduk.
Cara: Penyuluhan intensif akan arti & kegunaan KB (lembaga BKKBN) dan sosialisasi alat kontrasepsi.

DE-5 (DAMPAK)

Jangka pendek (Positif).
SUKSES! Tingkat pertumbuhan penduduk turun menjadi k.l. 2%.
Jangka Panjang (Negatif)
Dipenghujung akhir pemerintahan Orde Baru, KB menjadi lahan bisnis kroni Cendana (monopoli bisnis alat kontrasepsi dll).

K-8 (KRISIS)

Kembalinya Ancaman Ledakan Penduduk
Keberhasilan program KB terdistorsi oleh krisis ekonomi
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
E-2-3.
SWA SEMBADA PANGAN
Latar belakang: Negara Agraris: lahan luas & subur namun belum/tidak produktif.
Cara: Ekstensifiiasi lahan pertanian dan Intensifikasi produk pertanian dengan cara menggalakkan penggunaan pestisida.

DE-6 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
Sempat sukses, a.l. memperoleh penghargaan dari Club of Rome.
Jangka Panjang ( Negatif)
Keberhasilan yang sempat diraih kembali rusak akibat inkonsistensi kebijakan (lahan subur dijadikan real / industrialestate, lapangan golf, dll).
Pestisida berlebihan (terjebak pada kepentingan bisnia/jual pupuk sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan akibatnya pada kesuburan tanah).
Lingkungan rusak.

K-9 (KRISIS

Krisis Eksistensi pada Petani/Nelayan.
Lingkungan Kritis akibat limbah pestisida.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
B-1
“PRAGMATISME” (ala Orde Baru).

- Prinsip dasar: Antitesa terhadap Orde Lama.
Hal-hal yang bersifat romantika, retorika dan ‘mimpi’ (Orde Lama) ke hal-hal yang praktis, rasional, dan riil (Orde Baru).
- Dalam praksis:
Orientasi pada hasil bukan pada proses.
Berfikir/bertindak cepat dan praktis.
Berani ‘ambil risiko’

DB-1 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
Tidak ditemukan.
Jangka Panjang (Negatif)
Budaya instant (KKN, hedonis, konsumeris)
Terpinggirkannya idealisme.
Budaya tujuan mengh lalkan cara.

K-10 (KRISIS)

Budaya KKN
High cost economy (daya saing produk ekonomi lemah) --> proses pemiskinan bangsa.
---------------------------------------------------------------------------------------------------

B-2
UNIFORMITAS.

- Pemahaman:
Sukses harus dicapai lewat keseragaman tekad, sikap & tindakan.
- Cara:
Penerapan norma militer dlm ranah sipil.
Sikap dan disiplin ala militer
Baju seragam dan tanda pangkat ala militer untuk jabatan sipil.
Penyeragaman pikiran lewat upacara “Apel Bendera”, “Apel Kebulatan Tekad”, dll.

DB-2 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
Tidak ditemukan.
Jangka Panjang (Negatif)
Masyarakat tidak lagi terbiasa dengan perbedaan/heterogenitas (pelecehan Bhineka Tunggal Ika).
Budaya ‘berkelompok’.
'Percaya diri' apabila berbaju seragam (ormas/organisasi kepemudaan yang bersifat vertikal)

K-11 (KRISIS)

Hilangnya Individuality
Melemahnya inisiatif dan kreatifitas.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

B-3
FEODALISME

- Dasar: Kebijakan top-down melalui penerapan budaya feodalisme Jawa (‘reinkarnasi’ Budaya ‘Mataram’), a.l.,
Mengabdi dan patuh pada pimpinan adalah perbuatan mulia.
Gelar kebangsawanan dan/atau pangkat adalah ukuran strata sosial.
Booming istilah Jawa dalam bahasa Indonesia.

DB-3 (DAMPAK)

Jangka Pendek (Positif).
Tidak ditemukan.
Jangka Panjang (Negatif)
Luruhnya norma & etika.
Maraknya budaya ABS (Asal Bapak Senang).
Pudarnya budaya kritik --> kualitas merosot.
Ketidaksenangan suku lain (Jawanisasi).

K-12 (KRISIS)
Krisis integritas manusia & pribadi.
Catatan:
K-10, K 11, dan K 12 dapat disebut dalam satu kalimat, “MENTALITAS BANGSA RUSAK”
K-1 s/d K-12 adalah apa yang disebut dengan "KRISIS MULTI DIMENSI", dengan tidak mengenyampingkan kemungkinan terjadinya akumulasi akibat adanya kait mengkait / interpolasi antara krisis yang satu dengan yang lainnya.
Skema dan penjelasan disarikan dari buku: Hendarmin Ranadireksa, VISI BANGSA, Gudang Pangan (Dunia), Tujuan Wisata (Dunia), dan Pru-paru Dunia, Permata Artistika 2000, hal.15-80.
--------------------------------------------------------------------------------

CATATAN:
Rezim Orde Baru adalah satu-satunya rezim di Indonesia yang memiliki visi, sistem, dan program yang lengkap dan masif dan dijalankan secara konsisten. Namun demikian tidak bisa bertahan lama, hanya 32-tahun. Sistem yang diterapkan Orde Baru terbukti GAGAL. Orde Baru mengakhiri kekuasaannya dengan mewariskan apa yang disebut dengan KRISIS MULTI DIMENSI.
Mereka, Orde Baru tidak mengakui kalau visi dan programnya gagal! Rezim-rezim pengganti melaksanakan pemerintahan TANPA visi tertentu. Bablasan Orde Baru mencomot banyak hal dari sistem Orde Baru, tanpa memahami konteksnya. Artinya tambal sulam. Memprihatinkan, masih ada yang beranggapan sistem yang diterapkan Orde Baru sudah benar. (berbeda jauh dengan negara-negara ex komunis yang mengakui kegagalan ideologi dan sistem komunis. Mereka mengaku gagal. Mereka banting setir. Mereka merangkul demokrasi dan memuang paham anti kapital swasta menggantinya dengan paham kapitalis/ekonomi pasar. Uni Soviet dan Eropa Timur yang membuang ideologi dan sistem komunis di sisi lain Cina dan Vietnam membuang ideologi komunis namun tetap menggunakan sistem komunis/sistem satu partai).

No comments:

Post a Comment