Wednesday, March 30, 2011

KAPITALISME: JALAN PANJANG MENUJU KESENGSARAAN

KAPITALISME: JALAN PANJANG MENUJU KESENGSARAAN
Judul di atas seakan kapitalisme dan ekonomi bebas juga akan bernasib sama seperti komunisme. Padahal dari survey dan statistik yang dilakukan oleh Heritage menunjukkan bahwa semakin tinggi kebebasan masyarakat dalam mengejar kebutuhan ekonominya maka semakin makmur masyarakat itu.

Fakta yang dilaporkan Heritage itu memang benar, dan bisa dianggap sebagai kaidah. Hanya saja, dalam perjalanan waktu negara kapitalis-bebas akan mengalami metamorfosa menjadi negara kesejahteraan (welfare state) yang sudah dekat dengan komunisme/sosialisme.

Para politikus akan merasa gatal kalau tidak bermain-main dengan kekuasaannya. Yang namanya kekuasaan, tentu harus ada yang dikuasai dan dikontrol. Jadi dalam perjalanan waktu, negara-negara ekonomibebas lambat laun menjadi negara sosialis dengan peran kontrol pemerintah terhadap ekonomi yang porsinya semakin besar.

Hal ini dimungkinkan karena konsep sosialisme itu terdengar indah dan banyak orang di dalam masyarakat mau makan gratis dari yang maha-kuasa yang disebut pemerintah. Perubahan secara sedikit demi sedikit ini dimungkinkan karena sifat dasar politikusnya dan mentalitas rakyatnya.

Untuk kasus ini, kita akan lihat sejarah Amerika Serikat, karena kelengkapan dan kemudahan untuk memperoleh data catatan sejarahnya. Di samping itu Amerika Serikat dikenal juga sebagai mbahnya negara bebas. Paling tidak dimasa lalu.

Azas Keadilan Dalam Mata Uang

Negara Amerika Serikat ataut USA didirikan pada tanggal 4 Juli 1776. Latar belakang pemisahan koloni Imperium Inggris Raya ini karena beban pajak yang tinggi, yang diperlukan Inggris untuk membayar hutang akibat perang 7 tahun melawan Prancis. Dalam hal keadilan ekonomi, negara Amerika Serikat, USA didirikan di atas keadilan. Konstitusi Amerika Serikat memberikan Kongres wewenang untuk mengatur masalah standard berat dan ukuran mata uang.

Konstitusi Amerika Serikat Article 1, section 8, tentang wewenang Kongres dalam bidang moneter:

To coin Money, regulate the Value thereof, and of foreign Coin, and fix the Standard of Weights and Measures;

Mencetak koin, mengatur nilainya serta nilai koin asing dan menetapkan standard ukuran serta beratnya

Bahwa Kongress mempunyai wewenang untuk membuat standarisasi berat dan ukuran uang dollar Amerika. Perhatikan kata Weights and Measures. Kata ini mengacu pada uang emas/perak alias uang sejati, bukan uang fiat kertas.

Pada uang fiat kertas, berat dan ukurannya tidak bisa dibuatkan standardnya. Dengan kata lain, secara konstitusi Amerika Serikat menganut sistem keuangan dengan standard emas dan perak. Itu dijabarkan dalam Coinage Act 1792.

Tidak ada sistem keuangan yang lebih adil dan jujur dari pada sistem keuangan yang berbasis emas dan perak. Untuk negara bagian, ada larangan untuk mengeluarkan koin, “bills of credit” dan yang diperbolehkan hanyalah emas dan perak sebagai alat pembayaran,

(Article 1 section 10): “No state shall ..........; coin money; emit bills of credit; make anything but gold and silver coin a tender in payment of debts......”

Di samping sistem mata uang dengan standard logam mulia sebagai alat tukar yang adil dan tidak bisa sembarangan disalah-gunakan oleh pemerintah, sebagian dari bapak pendiri negara Amerika Serikat sangat keberatan terhadap adanya bank sentral. Karena bank sentral adalah wujud dari monopoli kekuasaan moneter.

Yang namanya monopoli adalah sama dengan perampasan kebebasan pihak yang tidak diberi monopoli, yaitu rakyat. Dan monopoli kekuasaan moneter adalah bentuk terburuk pengekangan kebebasan ekonomi secara halus dan terselubung.

Konsep bank sentral dimasa itu, sama seperti di abad 16-18, yaitu sebagai sumber pendanaan untuk aktifitas politikus, raja, pangeran dan negara. Dan aktifitas yang dimaksud adalah perang, tetapi tidak tertutup bagi aktifitas yang sifatnya bermewahmewahan.

Pada abad 16 – 18 misalnya, Prancis selalu mengalami kesulitan dalam beberapa peperangan antara lain Belanda-Prancis (1672–1678), perang 9 tahun (1688 – 1697) melawan aliansi yang dipimpin Anglo-Dutch Stadtholder dan perang suksesi Spanyol Prancis (1701 - 1714).

Ini dikarenakan Prancis tidak punya bank sentral seperti Belanda dan Inggris. Setelah perang usai, maka negara akan membayar hutang-hutangnya kepada bank sentral dengan uang pajak. Dengan kata lain, keberadaan bank sentral memungkinkan pemerintah, apakah itu kerajaan atau republik, untuk menjalankan program-program yang konyol, kekanak-kanakan, tidak bisa dipertanggung-jawabkan dan akhirnya menyengsarakan rakyat.

Seandainya program itu adalah perang, ekonomi mandeg karena keamanan. Semasa dan seusai perang, pajak akan meningkat.

Walaupun banyak tentangan terhadap keberadaannya, bank sentral di Amerika Serikat akhirnya berdiri juga, karena kebutuhan politikus untuk mendanai projek-projeknya. Bank swasta pertama Amerika Serikat adalah Bank of North American yang diberi otoritas sebagai bank sentral oleh kongres konfederasi, tahun 1781.

Dengan menggunakan cadangan emas yang dipinjam dari Prancis, pendirinya, Robert Morris melakukan fractional reserves banking. Nasabahnya adalah politikus, untuk membiayaiperang kemerdekaan. North American Bank diberi hak untuk mencetak bill of credit yang berfungsi juga sebagai mata uang.

Robert Morris dikenal dengan julukan yang berbau negatif sebagai bapak sistem kredit dan uang kertas Amerika Serikat. Bank of North America yang mencetak banyak bills of credit akhirnya kolaps tahun 1785.26

Bank ke dua yang diberi hak dan otoritas sebagai bank sentral oleh kongres adalah First Bank of the United States tahun 1791, sebagai pengganti Bank of North America.

Thomas Jefferson sebagai menteri seketaris negara menentang undang-undang ini karena bertentangan dengan hukum kepemilikan tradisionil dan secara konstitusi lemah karena tidak ada aturannya. Tetapi Alexander Hamilton yang mengusulkan undang-undang perbankan ini berdalih bahwa tidak ada larangan di dalam konstitusi mengenai hal ini.

Hak-hak istimewa First Bank of United States sebagai bank sentral habis berlakunya di
tahun 1811. Tetapi apa yang terjadi kemudian? Tahun 1812 meletus perang yang disebut
perang 1812 (1812 – 1815) antara Amerika Serikat melawan Imperium Inggris Raya karena sengketa wilayah Amerika Utara (Canada sekarang).

Dalam kaitannya dengan bank sentral bisa ditebak. Beberapa waktu setelah perang meletus (Second) Bank of the United States diundangkan sebagai bank sentral. Negara Amerika Serikat perlu uang untuk membiayai perang dan bank sentral adalah jawabannya. Tetapi kemudian semasa pemerintahan Andrew Jackson, bank sentral dihapuskan.

Nasehat Jefferson

Thomas Jefferson, founding father dan presiden Amerika Serikat ke 3 (1801-1809) bisa dikategorikan sebagai orang yang cerdas dan adil. Dia adalah salah seorang yang melihat sisi buruk dari bank sentral. Beberapa pernyataannya semasa dia menjadi menteri:

“I predict future happiness for Americans if they can prevent the government from wasting the labors of the people under the pretense of taking care of them.”

“Saya meramalkan bahwa kebahagiaan rakyat Amerika bisa tercapai jika mereka bisa mencegah pemerintah dari pada menghambur-hamburkan hasil jerih payah rakyat dengan dalih untuk memelihara mereka.”

Jefferson juga mengamati bahayanya bank-bank (swasta) jika mereka diberi kekuasaan. Apa lagi monopoli otoritas mengeluarkan mata uang dan mengendalikan peredarannya.

Pada masa itu, dikalangan sektor perbankan dikenal suatu praktek yang disebut fleecing yang arti harfiahnya memanen wool domba (dengan mecukurnya). Maksudnya, bank melakukan beberapa tindakan secara berurutan untuk memperoleh keuntungan secara culas. Pertama tindakan yang bersifat inflasi, menyalurkan kredit kepada masyarakat dengan mudah. Akibatnya akan memicu praktek spekulasi.

Kemudian dengan tiba-tiba dana kredit ditarik dan mengakibatkan kekeringan likwiditas alias deflasi. Pada masa deflasi ini harga asset jatuh, dan bank bisa memperoleh asset dengan harga murah.

Dalam kaitannya dengan praktek seperti ini, Jefferson tidak menyetujui adanya bank sentral, yaitu kekuasaan moneter yang dipegang oleh satu institusi. Dalam satu suratnya, dia mengatakan:

"If the American people ever allow private banks to control the issue of their money, first by inflation and then by deflation, the banks and corporations that will grow up around them (around the banks), will deprive the people of their property until their children will wake up homeless on the continent their fathers conquered." (surat kepada menteri keuangan Albert Gallatin, 1802).

Terjemahan bebasnya kurang lebih:

“Jika rakyat Amerika sampai pernah memberi bank-bank swasta hak dan kekuasaan untuk menerbitkan mata uang (menjadi bank sentral), maka pertama-tama yang akan dilakukan mereka (bank sentral) adalah tindakan yang sifatnya inflasi dan kemudian deflasi; bank-bank dan korporasi yang akan tumbuh di sekililing bank sentral ini, akan merampas milik-milik rakyat, ketika anak-anak mereka terbangun, mereka telah terusir dari rumah-rumah mereka di tanah air yang ayah-ayah mereka telah perjuangkan”

Perhatikan bahwa Jefferson menyebutkan kata inflasi dan deflasi. Kedua kata ini sudah menjadi fenomena ekonomi dimasa lalu, 2 abad yang lalu. Inflasi dan deflasi sama usangnya dengan sistem perbankan.Yang mungkin tidak diketahui Jefferson ialah monopoli otoritas moneter akan menghasilkan dua karater bank sentral yang berbeda.

Jika bank sentral itu adalah bank pemerintah, maka akan cenderung mempraktekkan tindakan yang bersifat inflasi sepanjang masa. Hal ini karena bank pemerintah bukan milik individu sehingga perannya hanya sebagai wahana untuk memperoleh/memperkuat kekuasaan, bukan memperkaya pemilik bank.

Jika bank itu adalah bank swasta, maka praktek yang disukai adalah siklus inflasi dan deflasi, karena dari siklus itu bank bisa memperoleh keuntungan. Pada bank sentral yang swasta, asset bank adalah milik perorangan (pemegang saham) sehingga jika bank menjadi kaya maknanya pemiliknya juga kaya.

Thomas Jefferson secara umum juga memperingatkan:

“I sincerely believe that banking establishments are more dangerous than standing armies, and that the principle of spending money to be paid by posterity, under the name of funding, is but swindling futurity on a large scale.”

“Pendapat saya, bahwa sistem perbankan lebih berbahaya dari pada tentara yang siap tempur dan bahwa membuat hutang yang harus dibayar oleh generasi berikutnya adalah tindak kejahatan-pengelabuhan-penipuan dalam skala besar walaupun alasannya untuk pembiayaan budget negara.”

Peringatan bapak pendiri negara Amerika Serikat ini nampaknya sering diabaikan. Berulang-ulang dalam sejarah Amerika Serikat, monopoli dan hak-hak istimewa diberikan kepada lembaga institusi yang disebut bank sentral.

Andew Jackson Anti Bank Sentral

Presiden ke 7 (tahun 1829 – 1837) Amerika Serikat ini, di mata warga Amerika Serikat ada dua opini yang berseberangan. Tetapi sebenarnya bisa dinyatakan dengan dua kata. Jackson adalah presiden pembunuh. Dia yang menyebabkan kematian sekitar 4000 orang

Indian Cherokee. Dan dia yang membunuh bank sentral. Dia adalah penginjak-injak hakhak orang non-kulit putih dan dia adalah pembebas orang kulit putih dari kungkungan politikus dan pemerintah. Dalam konteks buku ini, yang terpenting adalah perannya sebagai pembebas.

Setelah berdirinya (Second) Bank of the United States sebagai bank sentral tahun 1812, uang dalam sirkulasi bertambah dan terjadilah inflasi dan peningkatan aktifitas ekonomi yang dibiayai kredit. Kondisi seperti ini secara alamiah tidak bisa berlangsung terus.

Ketika keadaan berbalik, maka timbullah crash 1819. Harga-harga anjlok sehingga banyak debitur mempunyai hutang yang lebih tinggi dari harga asset yang diagunkannya. Banyak orang yang tidak bisa membayar hutangnya dan bangkrut.

Jackson belajar dari pengalaman ini, oleh sebab itu dia sangat membenci institusi bank sentral. Argumennya, bahwa konsep bank sentral akan menempatkan kekuatan finansial negara pada satu institusi yang bisa disusupi oleh pengaruh-pengaruh negara lain (karena bank sentral swasta sahamnya bisa dimiliki orang asing), berpihak pada kelompok kaya, dan bisa mempengaruhi keputusan kongres dalam membuat undang-undang.

Pada pemerintahan Jackson, (Second) Bank of the United States tidak diperpanjang tahun 1836. Usaha Jackson bukan tanpa perlawanan. Selama kampanye kepresidenan Amerika yang diikuti Jackson untuk ke dua kalinya tahun 1832, presiden Bank of the United States, Nicholas Biddle, melakukan manuver-manuver untuk membuat Jackson kalah.

Sumbangannya kepada lawan Jackson yaitu Henry Clay sebesar $ 100,000. Jumlah itu
yang sangat besar pada waktu itu dan kira-kira setara dengan 160 kg emas. Ini menunjukkan keinginan bank sentral untuk menguasai calon pemilih yang akhirnya menguasai pemerintahan, baik parlemen ataupun presidennya.

Bank of the United States juga menarik banyak pinjaman kreditnya secara tiba-tiba untuk memicu krisis keuangan; dengan harapan bahwa krisis ekonomi akan membuat rakyat marah kepada pemerintah,

Andrew Jackson. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Bank of the United States bangkrut tahun 1841. Jackson adalah pribadi yang sangat liberal. Salah satu kebebasan hak-hak pribadi yang dijalankan Jackson adalah mengawini Rachel Donelson yang secara hukum masih terikat dalam perkawinan.

Perceraiannya dengan suami sebelumnya masih belum resmi keluar. Dalam kampanye presiden, titik inilah yang menjadi serangan lawan. Walaupun dikemudian hari Jackson dan Rachel mengulangi perkawinannya, keteguhan Jackson mempertahankan Rachel menunjukkan opininya yang tidak suka atas campur tangan pemerintah dalam kehidupan pribadi.

Dari segi keuangan negara, Jackson berhasil menurunkan hutang negara sampai ke tingkat paling rendah sejak tahun 1791. Yang tersisa hanya $33,733.05, di tahun 1835.28 Jumlah itu hanya sepertiga dari sumbangan Nicholas Biddle, presiden Bank of the United States kepada saingan Jackson pada pemilihan presiden tahun 1832, yaitu Henry Clay.

Pelanggaran Konstitusi Semasa Abraham Lincoln

Abraham Lincoln mungkin seorang yang berpandangan praktis. Dia melihat bagaimana enaknya posisi bank sentral yang bisa mencetak uang (seenaknya), dan bagaimana besar kekuasaan bank sentral yang bisa mengangkangi anggota-anggota Kongres di bawah selangkangannya.

Mungkin dalam pikirannya, kenapa posisi bank sentral itu tidak dipegang pemerintah saja. Tentunya akan membuat pemerintah lebih berkuasa. Hanya perlu 7 dekade untuk seorang presiden berpikiran seperti itu dan bersama-sama Kongress yang berani melanggar konstitusi. Dua badan demokrasi yang sakral melakukan persekongkolan iblis jahat terhadap rakyat.

Abraham Lincoln meminta Kongress untuk meloloskan undang-undang Bank Nasional (The National Bank Act) pada 25 February 1863. Salah satu intinya adalah memberi wewenang kepada pemerintah untuk mencetak uang. Awalnya jumlah uang yang dicetak adalah $ 150 juta. Pada tahun 1864 ada perbaikan undang-undang Bank Nasional itu
dengan mengijinkan pemerintah untuk mencetak uang lebih banyak lagi yaitu $ 450 juta.

Lincoln mencetak uang kertas kurang lebih $450 juta uang yang disebut greenback karena tinta cetaknya hijau yang ada di satu muka saja. Wikipedia menyebutkan jumlah lebih rinci, yaitu US$ 447,300,203.1029; yang sebenarnya agak janggal karena adanya pecahan 10 sen. Sumber lain menyebutkan US$ 449,338,902 uang kertas30.

Uang ini dipakai untuk membiayai perang tidak bersaudara tahun 1861–1865. Mungkin pembaca heran dengan kata perang tidak bersaudara, kata ini adalah kata yang tepat untuk civilwar atau perang saudara di Amerika Serikat, antara Federasi di utara dan Confederasi di selatan. Bahasa Inggrisnya pun harus diubah dari civil war menjadi uncivil war.

Pada perang yang menghabiskan 2% (mati) dari penduduk Amerika Serikat, tidak ada nilainilai civilnya (nilai-nilai berbudaya) sama sekali, bahkan sebaliknya, perang yang bersifat barbar.

Untuk mendukung ketidak-bijaksanaan pencetakan uangnya ini, Lincoln berdalih31:

"The government should create, issue and circulate all the currency and credit needed to satisfy the spending power of the government and the buying power of consumers.... The privilege of creating and issuing money is not only the supreme prerogative of Government, but it is the Government's greatest creative opportunity. By the adoption of these principles, the long-felt want for a uniform medium will be satisfied. The taxpayers will be saved immense sums of interest..."

“Pemerintah selayaknya mencetak, mengeluarkan dan mengedarkan semua mata uang dan kredit untuk mencukupi tingkat kebutuhan belanja pemerintah dan daya beli masyarakat.... Hak istimewa untuk mencetak dan mengeluarkan mata uang tidak hanya merupakan hak prerogatif tertinggi pemerintah, melainkan juga merupakan peluang bagi pemerintah untuk berkreasi. Dengan cara ini, keinginan terhadap alat pembayaran yang seragam akan terpenuhi. Pembayar pajak akan terhindar dari kewajiban membayar bunga yang tinggi.”

Abraham Lincoln adalah presiden yang pertama dari dua presiden Amerika Serikat yang mencetak uang. Yang satunya lagi adalah Kennedy dengan menggunakan, Executive Order 11110, 4 Juni 1963. Dalam hal ini Kennedy menggunakan perak sebagai garansinya, sedang Abraham Lincoln tidak.

Ketidak-sukaan dan kecurigaan Abraham Lincoln terhadap masyarakat bisnis diekspresikan dalam ucapannya:

“These capitalists generally act harmoniously and in concert, to fleece the people”

Bahasa Indonesianya kurang lebih:

“Para pemilik modal ini bersama-sama secara halus, tersamar dan terkoordinasi untuk menipu dan membuat sengsara rakyat”

Bila seorang pemimpin anti terhadap kebebasan berusaha, jangan harap perekonomian akan maju. Semasa Abraham Lincoln perekonomian Amerika Serikat hancur. Penderitaan rakyat Amerika Serikat di masa perang saudara yang tidak-bersaudara (uncivil civil war) Abraham Lincoln, digambarkan dengan baik dalam film Gone With the Wind tahun 1939 yang dibintangi oleh Vivien Leigh dan Clark Gable yang mendapat banyak hadiah Oscar.

Lincoln mati ditembak John Wilkes Booth tanggal 14 April 1865 ketika sedang menonton sandiwara di gedung Ford’s Theater bersama istrinya. Memang sewajarnya Lincoln mati terbunuh karena telah menyengsarakan banyak orang.

Penerus Abraham Lincoln terpaksa harus melakukan bersih-bersih terhadap sisa-sisa pesta yang dibuat pendahulunya. Penarikan kembali greenback yang dicetak Abraham Lincoln, dimulai dengan dikeluarkannya undang-undang Contraction Act, tanggal 12 April 1866. Dari $ 1,80 milyar yang beredar tahun 1866, menciut secara bertahap menjadi $ 0,40 milyar dua puluh tahun kemudian. Suatu jumlah yang masih banyak tersisa.

Panik 1907 dan Jalan Menuju the Federal Reserves

Perjuangan rakyat Amerika Serikat untuk memperoleh kebebasan ekonomi melalui jalan yang sangat panjang. Itu sebabnya judul bab ini adalah: Kapitalisme: Jalan Panjang Menuju Kesengsaraan. Politikus dan lingkaran bisnis yang mau menggunakan politik tidak pernah putus asa.

Setelah 3 kali gagal mendirikan bank sentral yang langgeng, tidak matahkan semangat untuk mencoba yang keempat kalinya. Dan berhasil, dan bisa bertahan sampai sekarang selama hampir satu abad. Namanya the Federal Reserves Bank atau the Fed, yang didirikan tahun 1913. Pendiriannya dilatar-belakangi Panik - 1907.

Panik-1907 adalah krisis finansial di Amerika Serikat yang terjadi tahun 1907 sesuai dengan namanya. Krisis ini dipicu oleh aksi spekulasi goreng-menggoreng (memainkan harga) saham United Copper Company oleh seseorang bernama Otto Heinze32. Spekulasi ini didanai oleh beberapa bank.

Awalnya Heinze berhasil menggoreng saham United Copper Company naik 54%, dari
$39 ke $60 dalam beberapa hari. Heinze berpikir bahwa “lawannya” melakukan short selling, atau menjual saham yang tidak dimilikinya, melainkan dari meminjam untuk
jangka waktu tertentu. Setelah jatuh tempo, si pelaku short seller berkewajiban untuk mengembalikan saham yang dipinjamnya itu.

Kalau memang aksi short selling yang terjadi maka yang dibutuhkan oleh Heinze adalah
terus melakukan aksi beli sampai pinjaman lawannya jatuh tempo. Pada saat itu, lawannya harus membeli kembali saham-saham United Copper dari pasar untuk mengembalikan pinjamannya.

Seandainya Heinze bisa menahan harga saham di pasar tetap tinggi kalau perlu mendongkraknya lagi, maka lawannya akan terjepit dan terpaksa harus membeli hutangnya (berupa saham United Copper) di harga tinggi.

Sayangnya dana yang dimiliki Heinze terbatas. Dan lawannya bukan pelaku short selling melainkan pelaku pasar yang mau merealisasikan keuntungannya. Berapapun saham yang dibeli Heinze, nampaknya tidak kekurangan penjual. Heinze mengalami kesulitan untuk mendongkrak harga saham.

Pelaku pasar terus mengguyur dan membanjiri pasar dengan saham United Copper Company sehingga harga saham United Copper Company jatuh. Pada saat aksi goreng-menggoreng dan guyur-mengguyur, gejolak pasar menjadi sangat liar. Di hari dimana saham United Copper Company mencapai harga $60 sebagai harga tertinggi, ternyata tidak bisa bertahan, turun dan ditutup pada harga $30.33

Ini adalah suatu gejolak harga 50% dalam sehari. Heinze tidak bisa menahan harga saham United Copper Company lagi karena kehabisan dana. Dan pada keesokan harinya saham United Copper Company mengalami aksi jual lagi yang deras sehingga harganya jatuh ke $10 diikuti oleh saham-saham lainnya. Pembeli menghilang dari pasar dan Heinze bangkrut.

Kerugian Heinze menyeret juga bank-bank yang mendanainya Bank-bank yang mendanai projek Heinze ini mengalami penarikan dana besar-besaran oleh para nasabahnya. Karena
bank mempraktekkan cara bisnis yang korup, yaitu fractional reserves banking (FRB) – bank memberi kredit dan meminjamkan uang jauh melebihi uang yang disimpannya,
maka tidak pelak lagi terjadi krisis liquiditas.

Kalau bank menyalurkan kredit jauh melebihi uang yang ada, otomatis bank tidak akan bisa membayar nasabah ketika uang tabungannya diminta kembali. Itu sifat FBR. Selanjutnya beberapa bank di New York mengalami kekurangan dana dan gagal bayar dan bangkrut karena dananya ditariki oleh para nasabahnya. Penarikan dana menjalar ke seluruh sistem perbankan Amerika Serikat.33 Ibid

Bankir-bankir besar di Amerika Serikat, seperti J.P. Morgan, J.D. Rockefeller, Paul Warburg melihat hal ini sebagai kesempatan untuk menghidupkan kembali konsep bank sentral. Dengan lobby yang kuat akhirnya Kongres Amerika Serikat membentuk the National Monetary Commission, Komisi Moneter Nasional yang diketuai oleh Nelson Aldrich yang tidak lain adalah besan J.D. Rockefeller.

Tugas komisi ini adalah untuk membuat kajian dan rancangan reformasi sistem perbankan. Akhirnya terbentuklah undang-undang mengenai the Federal Reserves Bank di tanda tangani oleh presiden Woodrow Wilson, menjelang hari Natal tanggal 22 Desember 1913. Undang-undang ini menempatkan kebebasan perekonomian dari buruk menjadi parah. Kontrolan peredaran uang yang tadinya dipegang oleh sekumpulan orang yang di sebut Kongres, berpindah tangan kepada segelintir elit bankir.

Dan nama “Federal” digunakan untuk mengaburkan identitas bank sentral sebagai institusi swasta yang berorientasi keuntungan. Monopoli peredaran mata uang ditangan badan yang berorientasi keuntungan, kedengarannya jelek sekali.

Yang menarik adalah ditahun yang sama, yaitu 1913 Amendemen ke 16 konstitusi Amerika Serikat mengenai pemberian kekuasaan pemerintah federal (pusat) untuk menarik pajak penghasilan. Kekuasaan semakin dimonopoli di pusat. Jalan menuju kesengsaraan bagi rakyat Amerika semakin melebar. Pemerintah, politikus, birokrat lebih leluasa menghambur-hamburkan uang, memeras rakyat melalui pajak resmi.

Dari Penganut Kebebasan ke Negara Usil

Sering kita mendengar orang yang mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah negara yang paling suka usil dan paling suka memata-matai penduduk dunia. Di awal dekade 2000an, pembaca mungkin tidak mengenal nama Hambali, Dulmatin, Abu Bakar Basir, sebelum nama-nama ini dipopulerkan oleh Amerika Serikat.

Padahal orang-orang ini adalah orang Indonesia. Bukankah sebagai orang Indonesia, kita seharusnya lebih tahu dari pemerintah Amerika Serikat? Tidak hanya itu Amerika Serikat menjanjikan hadiah $10 juta bagi mereka yang bisa membantu menangkap kedua orang ini. Kenapa orang di seberang benua sana lebih tahu tentang orang-orang ini dari kita yang sebangsa?

Apalagi kalau bukan karena mereka yang usil memata-matai penduduk Indonesia. Tahun 1913 bukan saja merupakan tonggak sejarah berpindahnya otoritas pengedaran mata uang Amerika Serikat dari Kongres ke bank swasta yang disebut the Federal Reserves Bank, atau disingkat the Fed, tetapi juga merupakan tonggak sejarah mulai usilnya Amerika Serikat.

Amerika Serikat menjadi sebuah imperium yang sangat perduli atas semua urusan penduduk di dunia. Amerika Serikat sebagai negara besar, sumber alam yang besar, dengan bank sentral yang kuat, banyak yang bisa dilakukan.

Kalimat “banyak yang bisa dilakukan”, adalah impian para politikus dan bisa dimanfaatkan oleh pengusaha peralatan perang. Di negara hukum yang berpegang pada rule of law, mempunyai lobby yang kuat adalah sangat essensial bagi kelangsungan hidup sebuah industri. Bahkan investasi di sektor lobby bisa lebih membuahkan hasil dibandingkan dengan investasi untuk meningkatkan mutu produk. Hukum, undang-undang dan aturan bisa sesuaikan untuk keuntungan pelobby.

Hobby mengobok-obok negara lain dimulai dengan terjunnya Amerika Serikat ke kancah perang dunia ke I, yang sebenarnya bisa dihindari. Ketika perang dunia ke I, yang juga disebut perang besar Eropa, meletus tahun 1914, rakyat Amerika Serikat tidak mau negaranya melibatkan diri dalam kancah perang itu.


Tetapi hal itu bukan kehendak para banker dan industrialis. Perang bisa menciptakan kebutuhan baru, yaitu senjata dan alat pembunuh manusia. Dan ini merupakan peluang bisnis.

Sebab yang memicu keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia I sangat konyol, yaitu karena tenggelamnya kapal pesiar Lusitani oleh terpedo kapal selam Imperial
Jerman. Dikatakan konyol karena patut dicurigai bahwa Lusitani sebenarnya dengan
sengaja diumpankan ke kapal selam U-boat Jerman untuk diterpedo.

Kapal pesiar Lusitani dijadwalkan untuk berlayar ke Inggris tanggal 7 Mei 1915 yang pada waktu itu sedang berperang dengan Jerman, melewati zone perang. Entah apa yang dipikirkan orang-orang uang mau berpesiar melewati zone perang.

Apakah mau menonton perang? Lagi pula waktu itu pihak-pihak yang bertikai tahu bahwa banyak peralatan perang dan bahan logistik dikirim dengan kapal dagang atau kapal-kapal sipil. Jadi bukan tidak mungkin Lusitani digunakan Inggris dan sekutunya untuk mengangkut persenjataan dan logistik bagi Inggris.

Pihak Jerman yang tidak mau memulai konflik dengan Amerika Serikat, berusaha mencegah berlayarnya kapal pesiar Lusitani ini dengan memasang advertensi di suratsurat kabar di kota kota pantai timur Amerika Serikat termasuk New Yorks. Isinya merupakan peringatan kepada setiap calon penumpang Lusitani akan resiko berlayar dengan Lusitani di daerah perang.

Lusitani tetap berlayar ke perairan Irlandia dan akhirnya diterpedo oleh kapal selam Jerman. Ada dua ledakan yang menenggelamkan Lusitani. Ledakan yang pertama adalah ledakan akibat dari terpedo dan yang kedua menjadi perdebatan apakah dari bahan peledak yang dibawa Lusitani atau karena faktor lain.

Yang pasti, di dalam manifest Lusitani yang tenggelam ditemukan catatan pengapalan 4,2 juta butir peluru yang dikemudian hari setelah perang usai dibuktikan dalam penyelaman bangkai kapal.

Sebanyak 1.198 orang penumpang Lusitani mati tenggelam. Ini menimbulkan kemarahan rakyat Amerika Serikat. Dan terjunlah Amerika Serikat ke kancah perang dunia ke I. Tingkat keusilan Amerika Serikat menjadi lengkap dan menjadi resmi semasa perang dunia ke II meletus. Dengan dikeluarkannya undang-undang Lend and Lease Act (Maret 1941) menjadikan Amerika Serikat resmi sebagai negara interventionist, negara yang suka campur tangan urusan negara lain.

Tentu saja undang-undang ini berpangkal pada bisnis. Isinya secara garis besar adalah pemasokan peralatan perang oleh Amerika Serikat kepada sekutu (Inggris, Prancis, Cina, Soviet) sebagai bantuan. Dana yang resmi yang disalurkan berjumlah $ 50 milyar (1941) yang ekivalen dengan $ 800 milyar uang 2010.

Peralatan ini dimaksudkan sebagai pinjaman yang akan dikembalikan dalam keadaan baik. Jika rusak maka harus diganti. Penggantian ini diatur dalam kerangka pembayaran pinjaman jangka panjang. Di samping itu juga, Amerika Serikat diberi hak untuk mendirikan pangkalan militer di wilayah kekuasaan negara-negara tersebut.

Undang-undang Lend and Lease Act jelas berorientasi bisnis. Peralatan perang, seperti pesawat terbang, tank, kapal perang, meriam, senjata dan amunisinya, sebagian besar harus dibayar. Puluhan kapal perang Amerika Serikat berpindah tangan. Juga pesawat terbang yang tentu saja menghidupkan perusahaan pesawat terbang McDonnell Douglas. Juga truk-truk merek

Dodge bisa menjadi bagian dari perlengkapan Russia. Belum lagi dengan perlengkapan prajurit seperti baju hangat, sepatu sampai makanan kaleng. Mesinmesin produksi sekutu di Eropa sudah digilas Jerman dengan serangan blitzkriegnya.

Demikian besarnya, hutang yang terutama dipikul Inggris dalam kaitannya dengan Lend and Lease Act ini baru selesai dilunasi 65 tahun kemudian yaitu pada bulan Desember 2006.34 Selama 65 tahun pembayar pajak harus melunasi hutang akibat perang.

Tidak heran kalau tingkat kemakmuran (GDP) Inggris bisa tersusul Hong Kong, jajahannya. Sejalan dengan waktu, Amerika Serikat semakin sering terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam peperangan dan kerusuhan di berbagai tempat di dunia ini.

Tidak ada periode dimana Amerika Serikat tidak punya musuh. Mulai perang Korea pada dekade 50an. Vietnam pada dekade 60an. Perang Timur-Tengah, Arab – Israel yang tidak langsung pada dekade 70an. Pada dekade 80an, mengobok-obok Amerika Latin, memasok senjata kepada Mujahidin di Afganistan untuk melawan Uni Soviet (1979 1989), memasok senjata untuk Irak dalam perang Irak-Iran (1980 - 1988).

Kemudian invasi Irak pada dekade 90an. Yang paling akhir adalah perang melawan Teror dan invasi Irak ke dua pada dekade 2000.

Menjadi negara yang usil sulit untuk dihindari oleh negara yang disebut Amerika Serikat,
walaupun sering mengorbankan nyawa dan beban ekonomi warganya. Sepanjang sejarah aktivitas melobby merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas politik dan industri, apalagi industri peralatan perang.

Dulu orang berpikir bahwa kalau hanya mengandalkan pasar untuk keamanan sipil dan olah-raga saja, industri persenjataan akan sulit hidup. Polisi tidak akan pernah memerlukan rudal anti tank, anti pesawat udara, pesawat pembom. Apalagi pesawat pembom dan kapal induk. Tetapi barang-barang itulah yang menjadi andalan pemasukan bagi industri peralatan pembunuh manusia, bukan barang-barang kecil seperti revolver kaliber 38 yang digunakan polisi.

Mungkin pola berpikir sekarang sudah berubah. Ketika presiden George Bush Jr
mencanangkan perang melawan teror, barang-barang kecil bisa juga memberikan pemasukan yang lumayan kalau volumenya besar dan jenisnya banyak. Detektor bom dari segala ukuran, dipasang di pusat perbelanjaan, hotel-hotel, kantor-kantor diseluruh dinia dan menjadi laku sekali.

Bisnis yang bagus. Menyulut permintaan pasar nampaknya mudah. Cukup dengan mengganggu Osama bin Laden yang notabene adalah perpanjangan tangan Amerika Serikat semasa perang Mujahidin melawan Uni Soviet di Afganistan pada dekade 1980an. Ketika Osama marah dan membalas, maka ada alasan untuk membuat projek baru yang disebut perang melawan teror.

Depressi Besar 1930an

Bagi pengamat ekonomi, akan selalu ada pertanyaan dalam benaknya. Apakah the Fed akan berprilaku seperti bank sentral negara yang mencintai inflasi atau seperti bank swasta yang sangat berkuasa dan mempraktekkan fleecing dengan strategi siklus inflasideflasinya?

Nyatanya the Fed memangkas nilai dollar menjadi setengahnya, dalam kurun waktu kurang dari 7 tahun setelah berdirinya. Tentu saja dengan cara inflasi, maksudnya mencetak uang dan memberikan kredit lunak. The Fed menyalurkan kredit liquiditas dengan sangat mudah.

Akibatnya harga-harga naik lebih dari 2 kali lipat dari tahun 1913 – 1920. Perang dunia ke I membantu ekspansi kredit ini dengan dalih dan latar belakang untuk memproduksi mesin-mesin perang.

Setelah perang dunia ke I usai tahun 1918, kegiatan ekonomi di Amerika Serikat mengalami pergeseran dari ekonomi perang ke ekonomi damai. Aktivitas ekonomi yang tadinya berat kepada produksi alat-alat pendukung perang, kemudian harus beralih ke barang-barang konsumsi dimasa damai. Hal yang demikian sering menimbulkan resesi. Itulah yang menyebabkan resessi 1920-1921 di Amerika Serikat.

Reaksi the Fed bisa ditebak. Liquiditas dikucurkan. Antara tahun 1920 – 1929, kredit terus mengucur, sehingga rasio hutang terhadap GDP mencapai kurang lebih 300%. Masa ini dikenal sebagai the roaring twenties, boom ekonomi yang dibiayai kredit; mania, mengarah pada spekulasi dan mal-investasi.

Beban hutang menjadi berat. Dan akhirnya terjadi market crash bulan Oktober 1929 yang diikuti dengan depressi ekonomi tahun 30an yang dikenal sebagai the Great Depression. Depresi ekonomi ini cukup berat dan dampaknya terasa hampir keseluruh dunia, termasuk Hindia Belanda (wilayah Indonesia jaman dulu).

Ternyata keberadaan the Fed tidak bisa membuat ekonomi terhindar dari siklus alami boom & bust, panik dan depresi/resesi ekonomi. Dan ini akan terus berlangsung sampai hampir 100 tahun setelah berdirinya the Fed. Seakan the Fed tidak bisa belajar dari pengalaman. Atau sememangnya siklus boom & bust tidak bisa dicegah atau dihindari
seperti terjadinya siang dan malam.
Seperti biasanya, ketika ada krisis, politikus merasa bahwa mereka tahu penyelesaiannya,
maka kali inipun demikian. Dan seperti biasanya mereka akan menambah peraturan baru, kengkangan baru terhadap kebebasan di bidang ekonomi. Kali ini presiden Franklin D.

Roosevelt, salah satu presiden Amerika Serikat yang dianggap presiden terbaik dan terbesar, berpikir bahwa dia mempunyai penyelesaian yang ampuh untuk depresi ekonomi yang dihadapi Amerika Serikat. Seperti biasanya, solusi untuk persoalan depresi ekonomi ini tidak lebih dari perampasan hak-hak warga negara.

Franklin D. Roosevelt mengeluarkan Executive Order 6102 tanggal 5 April 1933. Isinya
adalah larangan memiliki emas bagi rakyat Amerika. Semua emas harus diserahkan kepada pemerintah dalam waktu satu (1) bulan dan dihargai $ 20,67 per troy-ounce (oz).

Harga ini dinaikkan dari $19,39 per oz. Setelah tanggal itu, setiap pelanggaran ketentuan ini dikenakan hukuman penjara maksimum 10 tahun dan/atau denda $10.000.

Executive Order 6102 mengecualikan dokter gigi, pengerajin perhiasan dan seniman dan
beberapa profesi lainnya. Tidak diketahui apakah imam-imam Yahudi dan orang-orang Yahudi juga memperoleh pengecualian.

Pasalnya beberapa alat peribadahan mereka terkadang terbuat dari emas, seperti perangkat Kiddush dan havdala, dan tempat penyimpanan Taurah. Untungnya di Amerika Serikat pada masa itu tidak banyak etnis India dan Pakistan. Seandainya masyarakat dari anak benua India waktu itu sudah banyak, maka pelanggaran terhadap hak-hak mereka semakin sempurna.

Orang India menyukai perhiasan emas, apalagi dalam upacara-upacara perkawinan mereka. Executive Order 6102 tidak lain merupakan melanggaran hak-hak pribadi di Amerika Serikat. Tidak cukup dengan pelanggaran hak-hak pribadi, kemudian Franklin D. Roosevelt mengecewakan warga negara yang taat.

Bulan ke 10 setelah diberlakukannya Executive Order 6102, F.D. Roosevelt menaikkan ganti rugi emas dari $ 20,67 per oz ke $ 35 per oz dengan undang-undang Gold Reserve Act tertanggal 30 Januari 1934.

Semua berlangsung secara resmi dan disyahkan oleh undang-undang. Dan nilai dollar turun 45%. Ini suatu pelajaran bahwa warga negara yang patuh kepada peraturan pemerintah bisa dirugikan.

Pemerintah memberi insentif bagi pembangkang. Depresi Besar 1930 juga dijadikan dalih untuk mengengkangan dan pengelabuhan lebih lanjut. Tahun 1935 keluarlah undang-undang Jaminan Sosial, Social Security Act. Seperti dalil Jefferson bahwa pemerintah akan menghambur-hamburkan jerih-payah rakyat dengan dalih menolongnya, Jaminan Sosial adalah salah satunya.

Jaminan Sosial meliputi asuransi hari tua dan penyandang cacat, tunjangan pengangguran, bantuan bagi keluarga miskin, asuransi kesehatan dan perawatan hari tua dan penyandang cacat (Medicare), bantuan untuk program kesehatan (Medicaid), dan lain-lain.

Program-program sosial ini kedengarannya indah, sepanjang tidak muncul pertanyaan, siapakah yang akan membayar? Program ini terdengar merdu bagi sebagian orang dan bagaikan petir bagi sebagian lagi.

Persoalannya ialah, presiden Amerika Serikat bukan seperti Albert Schweitzer yang bekerja, menghasilkan jasa dan barang nyata yang diwujudkan dalam bentuk uang. Kemudian dana itu disumbangkan kepada yang memerlukan. Presiden-presiden Amerika Serikat (atau presiden manapun di dunia ini) tidak ada yang seperti Albert Schweitzer. Itu persoalannya.

Dana untuk membiayai program Jaminan Sosial berasal dari masyarakat juga. Apakah dananya itu dari mereka yang hidup dimasa kini dan/atau yang utamanya dari mereka yang hidup dimasa datang.

Ini adalah penipuan ala Ponzi. Dan penipuan ala Ponzi hanya bisa lancar jika peserta yang baru dan ikut serta dimasa datang, masih bisa menunjang pengeluaran saat ini bagi peserta lama. Sayangnya perkiraan demografi Amerika Serikat tidak mendukung penipuan ala Ponzi ini.

Secara demografi Amerika Serikat secara perlahan berubah menjadi masyarakat yang menua. Persentasi penduduk di atas 65 tahun semakin banyak dan persentasi penduduk yang berusia produktif (20 – 55 tahun) semakin berkurang.

Penipuan piramida ala Ponzi yang disebut Medicare dan Medicaid diperkirakan akan meledak antara tahun 2020 – 2050. Pada masa-masa itu banyak rakyat Amerika Serikat
akan merasa tidak bahagia seperti yang sudah diperingatkan Jefferson.

Yang muda dikenakan pajak yang tinggi atau yang tua tidak memperoleh apa yang dijanjikan ketika penghasilannya dipajaki dimasa muda mereka. Penipuan yang halus dan berjangka panjang.

***

26 America's Forgotten War Against the Central Banks, Mike Hewitt,
Polish News, 8 December 2009
27 Andrew Jackson, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Andrew_Jackson
c/o
29 United States Note, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/United_States_Note
30 America's Forgotten War Against the Central Banks, Mike Hewitt, Polish News, 8 December 2009
31 Ibid
32 Panic of 1907, Wikipedia, Online encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Panic_of_1907
34 Britain makes final WW2 lend-lease payment, inthenews.co.uk, 29 Desember 2006
http://www.inthenews.co.uk/news/news/finance/britain-makes-final-ww2-lend-lease-payment-
$1034891.htm
Buku Penipu, Penipu Ulung dan Politikus.

Aida C'est
January 11 at 10:58am · Unlike · Dislike · Report
You and Widionirwono Tundjungseto like this.
Ade Muhammad kapitalisme mempunyai keunggulan negara tidak perlu repot repot lagi menangani berbagai sektor yang bersifat pelayanan publik ... namun repotnya adalah ketika ada korporasi yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan cara memonopoli pasar ... untuk itulah muncul kebutuhan negara untuk mengendalikan korporasi dengan memaksa mereka untuk fokus pada satu titik usaha ... tidak boleh melebar ke samping, ke atas bawah dan membatasi pasar untuk dibagi bagi kepada pengusaha yang lain ....
January 11 at 10:38am · Like · 1 person

No comments:

Post a Comment