Wednesday, March 30, 2011

POLITIKUS ATAU PAHLAWAN

Adolf Hitler

Sejarah mencatat Hitler sebagai penjahat. Kematiannya adalah karena bunuh diri pada saat dia sudah terkepung oleh tentara Uni Soviet di Berlin; dan mayatnya kemudian dibakar oleh anak buahnya supaya tidak bisa dikenali lagi demikian tertera dalam sejarahnya.

Keputusan bunuh diri adalah keputusan yang sadar dan penuh perhitungan. Seandainya ia tertangkap oleh sekutu, ia pasti diadili, dipermalukan dan dihukum mati. Itu yang tidak diinginkannya. Hitler seharusnya menjadi pahlawan bagi mereka yang memilih jalur tengah. Hilter sangat anti kapitalis dan juga anti komunis, serta orang-orang Yahudi yang selalu diassosiasikan dengan golongan yang menguasai sektor keuangan dan perbankan.

Hitler menyukai jalan tengah, yaitu sosialisme. Menurut ceritanya, Sukarno menyukai sosialisme, juga Suharto yang disebut sosialisme Pancasila.

Hitler dipilih sebagai pemimpin Jerman secara demokratis. Jangan salah sangka, Hitler adalah produk sistem demokrasi. Dia menjadi chancellor pada 3 Januari 1933 sebagai produk koalisi partainya dengan partai Rakyat Nasional Jerman (Deutschnationale Volkspartei DNVP).

Jangan salah sangka juga, bahwa sistem demokrasi tidak bisa menghasilkan seorang diktator yang dikemudian hari dianggap sebagai diktator yang jahat. Dengan manuver politiknya, Hitler berhasil secara legal konstitusionil menjadikan Nazi menjadi partai tunggal di Jerman pada tanggal 14 Juli 1933.

Kekuasaan Hitler semakin kokoh ketika presiden Paul von Hindenburg meninggal pada 2 Agustus 1934, dan plebisit (pengambilan suara) diadakan untuk menyatukan jabatan presiden dan chancellor. Hitler memperoleh dukungan suara 84,6% untuk penyatuan kedua posisi itu, penyatuan fungsi legislatif dan fungsi eksekutif. Ini menunjukkan betapa populernya dia dimata rakyat Jerman.

Hitler adalah seorang orator yang ulung. Ibaratnya dia mampu menyakinkan ribuan bahkan jutaan orang untuk membeli tahi ayam seharga permen coklat. Ketika ia menawarkan dirinya sebagai presiden sekaligus sebagai chancellor, 84,6% rakyat Jerman menerimanya tanpa paksaan.

Kesuksesan Hitler memang tidak semata-mata karena kepiawaiannya dalam berpidato saja tetapi juga memotivasi rakyatnya untuk menggairahkan indutri-industri Jerman yang hancur dan rusak parah setelah Perang Dunia I dan akibat depressi ekonomi global tahun 1930. Ekonomi Jerman bisa lebih baik dan pemerintahannya berhasil menurunkan angka pengangguran.

Usaha-usaha Hitler membangkitkan perekonomian Jerman termasuk membangun infrastruktur, seperti dam, jalan bebas hambatan, jalur-jalur kereta api yang lebih lebar supaya bisa menampung kereta yang lebih besar dan lebih cepat. Di bidang militer, Hitler mengabaikan perjanjian Versailes yang isinya mengebiri kemampuan militer Jerman.

Jerman dilarang memiliki pasukan lebih dari 100.000 orang, angkatan laut tidak lebih dari 15.000 orang, 6 kapal perang dan semua di bawah 10.000 ton, 6 kapal penjelajah, 6 kapal penghancur dan 12 perahu-boat terpedo.Pesawat terbang yang dilengkapi senjata, kapal selam dan tank dilarang dimiliki. Disamping itu masih ada lagi pembatasan lain, yaitu larangan pembuatan senapan mesin.

Jalan menuju pembangunan militer Jerman menjadi mulus ketika ditanda-tanganinya persekutuan militer laut Inggris Jerman pada 18 Juni 1935. Jerman juga menyelenggarakan Olimpiade 1936 di Berlin yang berlangsung sangat meriah. Jadi jangan terlalu heran kalau Hitler memperoleh gelar “the Man of the Year” majalah Times tahun 1938.

Sampai menjelang ajalnya Hitler adalah pahlawan bagi Jerman. Buktinya mayoritas rakyat Jerman mau berkorban mengikuti arahannya. Sebanyak 8,2 juta (10%) rakyat Jerman, tidak termasuk Yahudinya, dengan suka rela mati di dalam Perang Dunia II mengikuti ambisi politik Hitler.

Kota-kota di Jerman sebagian hancur lebur semasa Perang Dunia II. Walaupun demikian, kalau bukan pahlawan yang disukai oleh rakyatnya, bagaimana mungkin rakyat Jerman mau mati mengikuti ambisi Hitler?

Apakah Hitler benar-benar pahlawan atau bandit? Yang pasti, sampai sekarang Hitler adalah dewa bagi kaum Neo-Nazi dan kaum supermasi kulit putih.


Abraham Lincoln

Abraham Lincoln dikenal di dalam sejarah bangsa Amerikan Serikat (US) dan dipuja, dikenang sebagai presiden salah satu yang besar Amerika Serikat kalau bukan yang terbesar.

Demikian disanjungnya sampai dibuatkan patungnya yang besar dan bangunan untuk mengabadikan namanya - Abraham Lincoln Memorial. Seakan orang telah melupakan atau tidak tahu bahwa kesengsaraan yang paling berat sepanjang sejarah yang dialami oleh rakyat Amerika adalah karena keputusan dan ulah Abraham Lincoln.

Perang saudara antara Utara dan Selatan, antara Federationist dan Confederationist, yang diputuskan Abraham Lincoln adalah kesengsaraan yang terbesar dalam sejarah USA.

Dimulai tahun 1861 dan berakhir tahun 1865 dan hanya dalam 4 tahun, perang menelan korban 620.000 atau 2% dari penduduk mati sia-sia. Kalau untuk ukuran sekarang, 2% dari penduduk Amerika Serikat adalah 6 juta jiwa. Bayangkan betapa banyaknya.

Apakah Abraham Lincoln itu pahlawan atau orang konyol? Kesengsaraan itu bukan hanya bagi jiwa yang melayang sia-sia, tetapi juga ekonomi. Pihak Federasi (pihaknya Abraham Lincoln), kehabisan uang. Tidak ada uang untuk melakukan aktifitas ekonomi.

Tetapi, tentara harus digaji. Baru 1 tahun berperang pemerintah Federal sudah kebingungan cari dana untuk perang ini. Pada tahun 1862 pemerintah Amerika Serikat memberlakukan undang-undangkan yang memberikan hak bagi pemerintah untuk mencetak mata uang nasional.

Awalnya sistem keuangan Amerika Serikat menggunakan uang sejati, emas dan perak; kemudian oleh Abraham Lincoln dilanggar begitu saja, - secara resmi dan legal dengan menggunakan undang-undang tentunya.

Undang-undang hak mencetak uang tanpa didukung oleh cadangan emas ataupun asset riil apa-apa ini adalah yang pertama dalam sejarah USA. Maka dicetaklah uang-uang yang berwarna hijau. Desain uang-uang itu tidak sama dengan dollar yang sekarang, karena pada saat itu hanya satu sisi saja yang ada gambarnya.

Disebut Greenback karena hanya satu sisi yang bergambar (dan warnanya hijau). Itulah asal muasal kata Greenback. Biaya perang yang dikeluarkan oleh pemerintah Federasi mencapai $15 milyar uang masa itu.

Kalau diekivalenkan dengan masa 2007 adalah $ 600 milyar atau setara dengan 900 juta oz (280 ribu ton) emas. Itu baru pihak Federasi. Pihak Konfederasi juga menderita dengan jumlah yang hampir sama, sehingga total menjadi $ 1,2 trilliun.

Kalau populasi Ameruka Serikat seperti sekarang, 301 juta, maka setiap orang hanya menanggung $4.000 per kepala. Jumlah itu kecil. Tetapi pada waktu itu jumlah penduduk Amerika Serikat hanya 31,4 juta, sehingga setiap orang harus menanggung beban dari pihak Federasi sebesar $40.000 (uang 2007) per kepala atau 1,8 kg emas.

Sayangnya bukan hanya pihak Federasi yang mengeluarkan biaya, tetapi juga musuhnya, yaitu pihak Konfederasi. Katakanlah besarnya sama. Jadi dalam perang saudara – Amerika Serikat Civil War, diperkirakan orang yang hidup harus menanggung beban sebesar $40.000 yang ekivalen dengan 1,8 kg emas. Itu jumlah yang banyak! Dan jumlah itu hanya pengeluaran pemerintah dan tidak termasuk rumah-rumah harta benda, infra-struktur dan ladang yang hancur.

Mungkin lebih besar dari pengeluaran pemerintah. Orang boleh berargumen bahwa perang saudara di Amerika Serikat bertujuan mulia, penghapusan perbudakan. Orang waras mengatakan pengorbanan sia-sia.

Pada saat itu perbudakan ada dimana-mana. Di Amerika selatan dan tengah misalnya, orang Spanyol juga punya budak-budak negro. Di Asia, Timur Tengah dan Afrika masih berlaku perbudakan. Untuk daerah-daerah Asia, Afrika dan tempat lain selain Amerika Serikat, perbudakan hilang tanpa peperangan. Memang memakan waktu yang lebih lama.

Abraham Lincoln seharusnya bisa melakukan penghapusan perbudakan tanpa perang, tanpa mengorbankan 2% dari pendudukanya dan tanpa membebani rakyatnya dengan ongkos perang sebesar 1.8 kg emas, kalau dia tidak melakukannya dengan perang.

Alangkah sia-sianya. Pengorbanan sia-sia untuk keputusan yang tolol. Lalu apa bedanya dengan Hitler? Sama-sama mengorbankan nyawa rakyatnya dengan sia-sia. Hanya besarnya penderitaan rakyatnya saja yang berbeda dan akhir dari pencatatan sejarah.

Abraham Lincoln dijadikan pahlawan, sangat dipuja berkat promosi, bumbu dan citra yang diciptakan elit politik. Sedang Hitler dicerca. Itulah sejarah.

Mengelompokkan Abraham Lincoln dengan ibu Teresa, Albert Schweitzer, Amru bin As, jelas tidak mungkin. Ibu Teresa dan Albert Schweitzer menyelamatkan orang, mengurangi penderitaan orang, bukan membawa 620.000 manusia kepada kematiannya seperti yang dilakukan Abraham Lincoln.

Menggolongkan Abraham Lincoln bersama Amru bin As juga tidak bisa. Amru menghindari pertempuran, dan tidak pernah membebani rakyat Mesir dan rakyat Hijaz dengan 1,8 kg emas per orang.

Amru malah menurunkan pajak di Mesir, dibandingkan Abraham Lincoln yang membuat inflasi (catatan: pada bab-bab yang akan datang akan dijelaskan bahwa inflasi dan pencetakan uang adalah bentuk pajak yang tersembunyi atas tabungan). Perlu diketahui, pajak yang dikenakan kepada rakyat Mesir adalah antara 1 – 4 dinar (4 – 16 gram emas) per tahunnya, bukan 1,8 kg seperti yang dilakukan Abraham Lincoln. Dengan 1 – 4 dinar emas itupun sebenarnya rakyat Mesir masih diuntungkan, karena sebelumnya oleh pemerintahan Romawi, mereka diwajibkan membayar 5 kali lebih banyak.

Jadi Amru sebenarnya meringankan beban pajak rakyat Mesir sebanyak 80%. Adakah Abraham Lincoln melakukan hal seperti itu?

Sukarno

Sukarno adalah pahlawan, itu yang tertulis dibuku-buku sejarah Indonesia saat ini. Tetapi tidak halnya pada tahun 1966 – 1970, nuansa semua tulisan tentang Sukarno sangatlah berbeda. Sejak dari kejatuhannya sampai menjelang kematiannya, Sukarno dikucilkan dan dikenakan semacam tahanan rumah.

Haknya (kalau dia punya) untuk memperoleh perawatan medis untuk mengobati penyakit ginjalnya diabaikan. Setelah itupun namanya masih dianggap berbau busuk sehingga dirasakan perlu mengganti semua nama-nama yang diambil dari nama Sukarno.

Kota Sukarnopura diganti menjadi Jayapura, Gelora Bung Karno (Gelanggang Olah-Raga Bung Karno) menjadi Stadion Utama Senayan, Puncak Sukarno menjadi puncak Jaya-Wijaya. Bahkan kalau dalam buku sejarah masa lampau disebutkan bahwa Sukarno adalah perumus Panca Sila, kemudian Mohammad Yamin dijadikan sebagai penggali Panca Sila.

Apa yang terjadi 15 tahun kemudian? Angin berbalik. Pada pertengahan dekade 1980an, nama Sukarno direhabilitasi kembali. Namanya menghiasi lapangan terbang Cengkareng (1985).

Dia dinobatkan menjadi pahlawan proklamasi Indonesia melalui keputusan presiden Keppres RI No 081/TK/Tahun 1986, tanggal 23 Oktober 1986.

Kalau begitu bung Karno itu pahlawan atau bukan? Apakah bung Karno pahlawan karena secarik kertas yang bernama Keppres RI No 081/TK/Tahun 1986? Atau dia memang pahlawan yang sejatinya.

Bagaimana statusnya antara tahun 1970 – 1985? Pada periode antara tahun 1970 - 1985 dengan periode antara 1985 – sampai sekarang Sukarno sudah tidak pernah lagi membuat perubahan, bagaimana mungkin statusnya berubah? Itulah persoalannya dengan istilah “resmi” (Inggris: official), keputusan pemerintah, undangundang. Walaupun isinya selalu ada kata-kata: “menimbang”, “mengingat”,dan ”memutuskan” seakan-akan ada alasan-alasan logis yang mendasari pembuatan sebuah keputusan, tatapi sering kali kata-kata itu tidak ada maknanya.

Ibaratnya, jika ada keputusan pemerintah menyamakan kecantikan seekor monyet dengan seorang ratu kecantikan, maka secara resmi seekor monyet sama cantiknya dengan seorang ratu kecantikan.

Seperti halnya pemerintah mendekritkan nilai selembar kertas yang bernama uang, bernilai sama dengan sepotong roti atau sebongkah emas.

Lupakan yang resmi-resmi dulu, kumpulkan data yang ada mengenai hasil karya Sukarno. Kemudian memutuskan dimana dia layak ditempatkan. Cara ini adalah cara yang layak dan paling masuk akal.

Faktanya Sukarno adalah yang membacakan text proklamasi Indonesia yang ditanda tanganinya bersama Mohammad Hatta. Faktanya dia juga presiden Indonesia dari tahun 1945 sampai 1967. Tetapi apakah hal ini sudah cukup untuk mengkategorikannya sebagai orang baik? Masih banyak lagi yang dilakukannya (bersifat positif atau negatif).

Lagi pula menandatangi naskah proklamasi dan membacakannya atau menjadi presiden tidak penting, yang lebih penting adalah dampak dari prilakunya.

Sukarno pada tahun 1943, bersama Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo memperoleh bintang kekaisaran Jepang yang diberikan langsung dari kaisar Hirohito17.

Diantara ketiga penerima bintang kekaisaran Jepang Sukarno lah yang aktif dalam perekrutan romusha. Dalam biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, Sukarno mengatakan:

“Sesungguhnya akulah Sukarno yang mengirim mereka kerja paksa. Ya, akulah orangnya. Akulah yang menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, ya akulah orangnya. Aku membuat pernyataan untuk menyokong pengerahan romusha. Aku bergambar dekat Bogor dengan topi di kepala dan cangkul ditangan untuk menunjukkan betapa mudah dan enaknya menjadi seorang romusha. Dengan para wartawan, juru potret, Gunseikan – kepala pemerintahan militer dan para pembesar pemerintahan. Aku membuat perjalanan ke Banten untuk menyaksikan tulang-tulang kerangka hidup yang menimbulkan belas, membudak di garis belakang, itu jauh di dalam tambang batubara dan tambang emas. Mengerikan. Ini membikin hati di dalam seperti diremuk-remuk.”

Bung Karno mengakui bahwa tugas seorang panglima adalah memenangkan peperangan, dan dalam beberapa pertempuran mungkin kalah dan harus mengorbankan ribuan jiwa untuk menyelamatkan jutaan jiwa.18

Kita tidak tahu tentang jutaan jiwa yang diklaim Sukarno telah diselamatkan dengan kematian ribuan jiwa. Sekedar angka statistik saja, jumlah romusha yang berhasil direkrut diperkirakan mencapai 270 ribu orang Jawa dan hanya 52 ribu yang berhasil pulang19.

Berarti 218 ribu orang mati. Sukarno tidak pernah menerangkan dari mana angka jutaan orang yang terselamatkan karena pengorbanan 210 ribu orang itu dan peperangan apa yang harus dimenangkan. Tanpa penjelasan arti kematian 218 ribu orang Jawa itu adalah sia-sia.

Kalau bung Karno mengaku bahwa dialah yang mengantarkan ribuan jiwa untuk dikorbankan itu untuk menyelamatkan jutaan jiwa, siapakah yang memberi hak Sukarno mengorbankan si fulan dan si badu? Apakah Sukarno pemimpin terpilih waktu itu?

Kenapa bukan yang lain yang dijadikan tumbal, seperti dirinya sendiri. Apakah pengorbanan itu sebelumnya telah dijelaskan kepada calon romusha bahwa mereka akan dikorbankan?

Dengan kata lain apakah mereka rela bahwa mereka akan dikorbankan. Ataukah mereka diakali untuk dikorbankan? Berdasarkan penuturan orang-orang tua kita yang hidup di masa itu lurah dan kepala desa ikut merekrut romusha dan iming-imingannya adalah gaji dan makan yang cukup untuk pekerjaan yang mereka lakukan. Seakan romusha ini akan bekerja. Informasi ini dikukuhkan dengan sebuah artikel20:

Tahun 1943 pemuda Karja Wiredja meninggalkan desanya di Matukara, Banjarnegara, Jawa Tengah, untuk menjadi romusha di Thailand. Di benaknya mungkin tidak terpikir bahwa dia baru akan kembali ke desanya 52 tahun kemudian. "Waktu itu lurah bilang kita boleh ikut Nippon," kata Karja akhir bulan Juli yang lalu. Maka berangkatlah pemuda lugu tersebut untuk jadi mandor pembangunan rel kereta api sepanjang 415 kilometer antara Thailand dan Burma. Bayarannya, dua sen sehari. Selama sebulan kerja Karja mendapat gaji enam rupiah.

Jadi yang dijanjikan adalah lapangan kerja dengan gaji tentunya, bukan kerja paksa yang menuju kematian. Bukan kah romusha ini pengelabuhan?

Salah satu gagasan dan retorik yang sering dilontarkan oleh Sukarno selama menjadi presiden adalah anti imperialisme, anti kolonialisme. Sampai-sampai Sukarno mengajak rakyat Indonesia untuk mencampuri urusan bangsa Malayu pada saat membentuk negara Malaysia.

Selama Sukarno memerintah tidak pernah terdengar bantahan untuk menggugat apakah imperialisme dan kolonialisme itu pada hakekatnya buruk?Data tidak bisa menyimpulkan bahwa imperialisme dan kolonialisme itu buruk.

Berikut ini adalah suatu perbandingan GDP (Purchasing Power Parity, kemampuan membeli, PPP) antara imperium terbesar pada masa Sukarno masih muda, yaitu negara kolonial Inggris, negri yang dijajahnya sampai tahun 1997 yaitu Hong Kong dan negri yang membebaskan diri dengan jalan kekerasan di tahun 1947, yaitu India (Grafik IV- 1).




Grafik IV- 1 Perbandingan GDP (PPP) negara imperial (Inggris), negara yang dijajah (Hong Kong) dan negara yang cepat merdeka. GDP India lambat tumbuh dibandingkan Hong Kong negara yang terlama dijajah Inggris.

Yang menarik ialah, bahwa GDP Hong Kong – negri jajahan Inggris bisa melampaui GDP negara yang menjajahnya, yaitu Inggris, di tahun 1988. Sebagai negara terjajah, nasibnya tidak selalu lebih buruk dari penjajahnya.

Buktinya Hong Kong. Lalu bagaimana negara yang memerdekakan diri dari Inggris sejak tahun 1947, India? Memang ada kenaikan GDP dan kemakmuran. Tetapi lambat. Jauh tertinggal dibandingkan dengan Hong Kong – tanah terjajah. Itu fakta!! Padahal Hong Kong tanah dan sumber alamnya kalah jauh dibandingkan dengan India. Mungkin anda tertarik untuk membandingkan sendiri GDP Indonesia, Suriname dan Antilles Belanda serta Belanda, silahkan mencari datanya.

Bagaimana pengaruh kemerdekaan itu sendiri, terutama pemerintahan Sukarno terhadap kemakmuran yang dimanifestasikan sebagai GDP (Purchasing Power Parity, PPP) per kapita.

Kalau dilihat dari data yang dikumpulkan oleh Angus Maddison (Grafik IV- 2)21, ternyata pada jaman Sukarno, rakyat Indonesia kurang lebih 10% - 20% lebih melarat dari pada pada jaman penjajahan Belanda yang oleh nenek-kakek kita disebut jaman Normal.

Maksudnya jaman republik Sukarno adalah jaman yang tidak bisa disebut normal. Apa lagi pada tahun-tahun 1964 – 1967, itu lebih cocok disebut jaman melarat. Banyak yang kelaparan, harus makan jagung atau bulgur (makanan hewan) dan nilai uang serta nilai tabungan hancur lebur karena mesin cetak uang diputar sangat cepat.

Kalau dilihat perbedaan antara GDP Indonesia di jaman penjajahan Belanda dengan jaman Sukarno hanya terpaut sedikit saja, hanya 10% - 20%. Tetapi jangan sangka bahwa pada jaman merdeka adalah yang lebih tinggi, melainkan sebaliknya jaman Belanda yang lebih baik.

Harus dilihat bahwa pada jaman Belanda, tidak banyak sarjana dan lulusan SMA. Pengharapan para sarjana dan lulusan SMA yang sangat dihargai pada jaman Belanda, tentunya tinggi. Tetapi situasi berubah. Dokter tidak lagi identik dengan punya rumah besar dengan pembantu 5 orang dan hidup yang mewah.

Orang yang berpendidikan meningkat tetapi penghasilan malah turun. Perbedaan antara pengharapan dan kenyataan menjadi sangat lebar. Itu sebabnya nenek saya menyebut jaman Belanda sebagai jaman Normal, sedang jaman Sukarno tidak normal.


Grafik IV- 2 Perbandingan GDP (PPP) Hindia Belanda dan Indonesia merdeka. Walaupun sudah banyak rakyat yang berpendidikan tinggi, GDP/PPP di jaman Sukarno lebih rendah dibanding dengan GDP/PPP di jaman penjajahan Belanda.

Sukarno dengan gagasan kemerdekaannya membuat Indonesia menjadi bangsa tempe. Dari tahun 1950 – setelah pengakuan kedaulatan Indonesia sampai berakhirnya masa jabatan Sukarno tahun 1967, pertumbuhan rata-rata GDP per kapita Indonesia hanya 0.8% per tahunnya. Jika dibandingkan dengan rata-rata dunia adalah 3%.

Dan pertumbuhan GDP untuk mantan penjajah (Belanda) adalah 3.3%. Jadi, jangankan untuk mensejajarkan diri dengan bangsa penjajah Belanda, revolusi malah menjadikan Indonesia bangsa kelas kambing yang ekonominya tumbuh jauh di bawah rata-rata dunia, selama pemerintahan Sukarno.

Angka yang diberikan Angus Maddison, menurut penilaian saya agak lunak. Sebagai orang yang hidup dan merasakan tahun 1964 – 1967, saya nilai Angus Maddison terlalu bermurah hati terhadap prestasi Sukarno. Seingat saya, tahun 1964, uang Rp 1000 bisa digunakan untuk makan sekeluarga sehari.

Karena inflasi (pencetakan uang secepatcepatnya) uang Rp 1000 itu sudah tidak punya nilai lagi dan 3 angka nol nya dihilangkan dan menjadi Rp 1 dan hanya bisa membeli sebungkus kwaci. Itu jauh lebih menyengsarakan dibandingkan dengan angka GDPnya Maddison yang hanya turun 10% - 15% selama kurun waktu 6 tahun. Mengenai kesengsaraan di masa Sukarno ini akan dibahas lagi di bagian lain dengan menggunakan tolok ukur yang lebih universal, yaitu uang sejati – emas.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sukarno adalah orator yang ulung seperti Hitler. Perumpamaan keahlian orator adalah
bak penjual yang mampu menyakinkan calon-calon pembelinya untuk membayar tahi ayam seharga permen coklat yang melanggar semua ketentuan-ketentuan akal sehat.

Sukarno berhasil mengganti akal sehat dan indra dengan slogan dan kata-kata eksotik. “Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur”, berdikari, manipol usdek, dwikora, trikora, nekolim, gayang Malaysia, demokrasi terpimpin, politik bebas aktif, marhaenisme adalah slogan dan kata-kata eksotik memukau jutaan orang
sehingga menanggalkan semua akal warasnya dan indranya.

Untuk dirinya, semasa menjadi presiden di dekade 60an, dia memakai gelar yang sangat eksotik yaitu: “Paduka Yang Mulia, Pemimpin Besar Revolusi, Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI”.

Dan gelar ini selalu mendahului namanya. Salah satu bukti bahwa Sukarno mampu menghipnotis massa bisa dilihat dari idenya menghadapi penjajah dengan bambu runcing yang kemudian diikuti orang. Berikut ini adalah cuplikan pidato Sukarno:

“Manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing,... saudara-saudara, semua siap sedia mati mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap sedia, masak untuk merdeka.” (Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945)

Renungkanlah dengan pikiran yang jernih ajakan merdeka di atas. Bambu runcing melawan karaben metraliyur (senapan otomatis ringan)? Tidak ada orang yang masih menggunakan akalnya mau maju perang dengan bambu runcing melawan musuhnya yang bersenjata senapan mesin.

Kenyataannya ada rakyat Indonesia yang mau melakukannya dan akhirnya mati menjadi sasaran empuk senapan mesin. Pasti mereka pikir bahwa bambu runcing dan semangat membuat mereka kebal peluru. Kepercayaan semacam ini sama saja dengan kehilangan akal. Mungkin yang mati akibat kegilaan ini tidak banyak, karena dalam perang kemerdekaan hanya ada 2 pertempuran yang besar, pertempuran 10 November di Surabaya dan pertempuran 5 hari di Semarang.

Walaupun demikian setiap kematian pahlawan untuk kemerdekaan negaranya, adalah termasuk sia-sia. Malaysia, Singapura, Brunei, Suriname dan sederet negara lagi, memperoleh kemerdekaan tanpa perlu pengorbanan nyawa dari orang yang disebut pahlawan.

Tentu saja mereka ini tidak punya kenikmatan dalam mengagungkan pahlawan-pahlawannya yang bisa dilakukan setiap tahun dalam perayaan kemerdekaan seperti Indonesia atau Amerika Serikat.

Ada lagi gagasan Sukarno yang absurd lainnya, yaitu berdikari. Berdikari suatu konsep yang absurd dan indah didengar. Konsep dan idenya ialah bahwa semuanya harus diusahakan sendiri tanpa keikut-sertaan bangsa lain.

Indah terdengar, tetapi ketika diuji dengan hal yang sangat sepele akan gugur. Untuk urusan korma bagi penganan buka puasa, misalnya apakah bisa ditanam di Indonesia? Selama ini harus didatangkan dari Kalifornia, Timur Tengah dan tempat-tempat lain.

Itu baru masalah korma yang sepele. Mungkin juga pergi haji bagi orang Islam di Indonesia, mereka harus ke Mekkah yang tidak ada di Banten atau Sumatra. Berdikari adalah konsep yang mengabaikan prinsip keunggulan suatu daerah atas daerah lain karena kondisi alamnya, sumber daya alamnya dan juga keterampilan masyarakatnya. Oleh sebab itu politik berdikari akan menghasilkan sistem ekonomi yang mahal dan menyengsarakan.

Jangan heran kalau selama masa pemerintahan Sukarno, ekonomi dan GDP tidak beranjak kemana-mana. Politik bebas aktif dan mendukung perdamaian maksudnya tidak memihak kemana-mana dan mencintai perdamaian. Mungkin politik bebas aktif itu hanya sampai pada masa operasi Dwikora yang dilaksanakan di bulan Maret 1964. Karena setelah itu adalah Dwikora yang merupakan politik untuk mencampuri urusan tetangga Malaysia. Sukarno merasa perlu mencampuri urusan rakyat Melayu yang mau mendirikan negara federasi Malaysia.

Untuk itu dikirimkanlah sukarelawa-sukarelawan ke perbatasan untuk berperang melawan Malaysia. Walaupun retorik “Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur” bukan resmi dari mulutnya, di jaman Sukarno slogan ini sangat populer.

Dan sesungguhnya Sukarno telah membawa Indonesia menyebrangi jembatan emasnya.Sayangnya emas bukan logam yang baik untuk konstruksi jembatan. Akibatnya jembatan itu ambruk. Ekonomi makin lama makin terpuruk dan akhirnya tahun 1965 tidak tahan lagi dan meletuslah huru-hara, yang berlangsung sampai Sukarno jatuh.

Untuk menilai semua itu, “jangan sekali-sekali melupakan sejarah” – “JASMERAH” kata Sukarno. Semua harus diingat: keikut-sertaannya dalam mengantar 218 ribu romusha kepada kematiannya; memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan menempuh jalan kekerasan untuk merdeka dan mengorbankan nyawa dan harta secara sia-sia; ikut memprovokasi para pemuda untuk berjuang dan bertempur secara tidak seimbang dengan Belanda, bambu runcing melawan bedil yang menyebabkan sebagian dari mereka mati sia-sia; membawa masyarakat Indonesia ke masyarakat yang lebih berpendidikan tetapi lebih melarat; memelaratkan bangsa Indonesia dengan mencetak banyak rupiah di akhir pemerintahannya; mencampuri urusan dalam negri tetangga (Malaysia) yang menyebabkan korban mati dan tertawan dipikul oleh para sukarelawan.

Menurut anda masuk kategori manakah Sukarno ini? Ibu Teresa, Albert Schweitzer, Amru bin As atau Lincoln dan Hitler?

BAHAN BACAAN:
17 Soekarno, Wikipedia bahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno
18 The Other Stories - Bung Karno – Serpihan Sejarah yang Tercecer; Roso Daras, 2009, Penerbit Imania.
19 Romusha; Wikipedia Online Encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Romusha
20 Kisah Seorang Romusha; Suara Independen No.03/1, Augus 1995
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1995/09/02/0000.html
21 Historical Statistics for the World Economy: 1-2006 AD, Angus Maddison,
http://www.ggdc.net/Maddison/Historical_Statistics/horizontal-file_03-2009.xls



Aida C'est
December 22, 2010 at 9:17pm · Unlike · Dislike · Report
You, Hendarmin Ranadireksa, Toni Munawar, Mattalatta Pawiseang and 3 others like this.
Basri Hasan Sama-sama berperang, tapi Hitler membuat perang, Abraham Lincoln menerima perang yg dibuat oleh Confederation, jadi komen note diatas perlu koreksi Aida. Soekarno pengagum Hitler dan punya paradigma sama, satu kata yang pas buat Soekarno: petit Hitler. Maaf pagi penggemar dan pemuja, bukan maksud menghinakan. Peace
December 22, 2010 at 9:24pm · Unlike · 2 people
Radi Alfasin Randeg setiap perbuatan itu ada KARMA nya...
December 22, 2010 at 9:32pm · Like
Radi Alfasin Randeg dari seseorang .. untuk perbuatan BAIK akan dibalas Kebaikan, dan Keburukan balasan yang setimpal..
December 22, 2010 at 9:33pm · Like
Herlin Delly Apa yang akan terjadi kalau tidak ada : Lincoln , hitler , dan Soekarno ?
December 22, 2010 at 10:10pm · Like
Ade Muhammad Sister Aida you are the best !! ... je dit bravo !!
December 22, 2010 at 11:00pm · Like
Berlian Siagian ‎@Aida: It is a great note, Thank you.
December 23, 2010 at 12:04pm · Like · 1 person
Ade Muhammad her beauty combined with her brain ... hmmm fatal composition
December 23, 2010 at 12:06pm · Like
Boedi Tjahjono Hitler, Lincoln, Sukarno..mereka semua adalah "politikus" handal dan "power game player" yang jago pada masa hidupnya, oleh karena itu mereka semua pernah menjadi pimpinan/penyelenggara negara. Kekuasaan/otoritas menyelenggarakan negara, m...See More
December 23, 2010 at 1:41pm · Like
Herlin Delly Pahlawan itu kan memperjuangkan nasib masyarakat agar lebih baik , adil , tidak terjajah , tidak tertindas dengan tanpa pamrih ,pengorbanan baik itu jiwa atau pun raga tanpa di bayar . kalau sejarah bung karno yg diungkap sebelum thn 45 , maka bung karno akan disebut pahlawan karena dia tidak dibayar / gajih . Dia keluar masuk penjara dengan satu tujuan agar indonesia merdeka , apapun cara nya .
December 25, 2010 at 12:33am · Like
Rachmat Muttaqin Pahlawan atau penjahat, semua tergantung pada cara pandang dan keuntungan apa yang kita dapat. Buat kita sebagai bangsa Indonesia, Soekarno, Sudirman, Pangeran Diponegoro dan lain-lain adalah Pahlawan yang telah berjuang bagi bangsanya, tap...See More
December 25, 2010 at 12:42am · Like
Kun Nurachadijat Mnurutku dalam mengambil suatu keputusan n tindakan selalu memiliki sisi baik n buruk atau "Two sides of a coin". Bagi mrk yg melihat sisi buruk pasti akan memiliki segudang argument yg mdukung 'penglihatan'nya itu, pun bagi mrk yg melihat ...See More
December 25, 2010 at 12:54am · Like
Ade Muhammad Pahlawan harus dipastikan tidak mempunyai kontroversi ... walaupun demikian, seseorang bisa diakui kebesarannya dalam konteksnya. tiap manusia berhak memaknainya ... walaupun aku tidak sepaham dan sependapat dengan pemujaan serta kultus individu serta mengaitkan dengan mistik tentang seorang manusia
December 25, 2010 at 12:57am · Like · 1 person
Kun Nurachadijat Tapi juga ndak elok bila menjelekan berlebih
December 25, 2010 at 1:20am · Like
Ade Muhammad kita pahami secara utuh sebagai manusia saja ... jika anda merujuk pada BK, dia orang besar tapi tetap seorang insan manusia bukan dewata
December 25, 2010 at 1:21am · Like
Kun Nurachadijat Ya iyalah masak ya iya dong..hehehe
December 25, 2010 at 1:29am · Unlike · 1 person
Prihandoyo Kuswanto setiap penulisan sejarah tergantung pada kepentingan nya apa ? selalu tidak ada keseimbangan , untuk siapa ? untuk kepentingan apa ? Tulisan seperti ini terlalu banyak beredar , tetapi tidak mampu mengradasi nama besar Soekarno , Soekarno p...See More
December 25, 2010 at 1:32am · Like · 1 person
Ade Muhammad sejarah ditulis oleh pemenang adalah prinsip fasis, sejarah seharusnya ditulis oleh fakta (Dr. Anhar Gonggong) ... mari kita bedakan antara historis dan mistis seputar Bung Karno
December 25, 2010 at 1:33am · Like · 1 person
Aida C'est Peradaban dibangun dengan 'darah' dengan penaklukan-penaklukan bukan dengan 'pengetahuan,' sehingga makna 'pahlawan' menjadi absurd dari kata asalnya, sebab telah dipolitisir oleh ideologi ideologi yang saling berbenturan menjadikan setiap...See More
December 25, 2010 at 1:38am · Like · 1 person
Prihandoyo Kuswanto Urusan pahlawan itu urusan politik . maka pahlawan atau tidak pahlawan , tergantung kepentingan dari Penguasa , pahlawan dan tidak pahlawan tergantung kepentingan nya apa ? kalau sudah demikian maka Pahlawan itu urusan suka atau tidak suka , dan pahlawan bagi rakyat bebas-bebas saja , buat saya yang nama nya pahlawan itu ya ibu saya .
December 25, 2010 at 1:54am · Like
Aida C'est <>sejarah adalah kebenaran absolut terbuka yang hanya bisa dipahami oleh segelintir orang.

peradaban di bangun dengan 'darah' dengan 'penaklukan-penaklukan' bukan dengan 'pengetahuan', sehingga kata "Pahlawan" menjadi absurd dari makna.

dan s...See More
December 25, 2010 at 1:55am · Unlike · 1 person
Herlin Delly Prihandoyo Kuswanto@ heran saya kenapa tdk sedikitpun ada rasa simpatik dgn bung karno , padahal mulai thn 1927 beliau berjuang sampai keluar masuk penjara dan di bengkulu hampir di tembak mati oleh belanda krn hanya satu tujuan agar indonesia merdeka ?!! Yang mengkultus bung karno sebagai dewa itu juga siapa , marilah berpikiran positif pada mereka yg telah berjuang utk negeri ini . kalau tulisan bu aida tentang BK ditulis setelah 1945 knp tdk ditulis mulai tahun 1927 , kenapa ?
December 25, 2010 at 7:50pm · Like
Basri Hasan Bagus juga bung Herlin jadi jubir. Kenapa tidak mengungkap Sam Ratulangie yg jauh lebih awal bicara? Kenapa mengabaikan Tan Malaka? Bukan rasa tidak simpatik saya rasa, hanya karena Soekarno sempat jadi presiden dia pula yg merusak dengan Demokrasi Terpimpin. Just as simple as that.
December 25, 2010 at 8:51pm · Like
Herlin Delly Basri Hasan@ Terima kasih kalau pak basri ada rasa simpati pd BK
December 25, 2010 at 8:59pm · Like
Prihandoyo Kuswanto Sudah saya tidak akan berkomentar mereka curang jawaban saya di delete . apa begini cara diskusi yang baik dan mengaku intelektual , bagai mana pak Hendarmin saya bukan ngomong porno sesuai aturan . ngakk adillllllllllllll.
December 25, 2010 at 9:16pm · Like · 1 person
Herlin Delly Yang didelete yg mana pak ? email aja pak
December 25, 2010 at 9:21pm · Like
Aida C'est <>Prihandoyo Kuswanto: jawaban mana yang di delete pak? sebab saya masih menyimpan setiap komentar dari awal saya posting catatan ini.
December 25, 2010 at 9:21pm · Like
Aida C'est <> arsip komentar 1. Prihandoyo Kuswanto
setiap penulisan sejarah tergantung pada kepentingan nya apa ? selalu tidak ada keseimbangan , untuk siapa ? untuk kepentingan apa ? Tulisan seperti ini terlalu banyak beredar , tetapi tidak mampu men...See More
December 25, 2010 at 9:23pm · Like · 1 person
Prihandoyo Kuswanto saya menjawab apa yang mas Herlin Delly tanyakan tadi panjang lebar , ya sudah kalau ngak ada sportifitas apa beda nya dengan komprador yang ada disenayan sana
December 25, 2010 at 9:23pm · Like
Aida C'est <>arsip komentar 2. Prihandoyo Kuswanto Urusan pahlawan itu urusan politik . maka pahlawan atau tidak pahlawan , tergantung kepentingan dari Penguasa , pahlawan dan tidak pahlawan tergantung kepentingan nya apa ? kalau sudah demikian maka P...See More
December 25, 2010 at 9:24pm · Like
Aida C'est <>Prihandoyo Kuswanto : 19 jam lalu hanya ada komentar saya saja yang sebelum masuk kepada komentar bung Herlin 1jam lalu.
December 25, 2010 at 9:28pm · Like
Aida C'est <> komentar pak Pri yang mana yang di delete? #
Aida C'est
<>sejarah adalah kebenaran absolut terbuka yang hanya bisa dipahami oleh segelintir orang.

peradaban di bangun dengan 'darah' dengan 'penaklukan-penak...See More
December 25, 2010 at 9:29pm · Like
Prihandoyo Kuswanto tidak beberapa menit yang lalu saya komentar tentang pertanyaan Herlin Dely yang heran saya kenapa tdk sedikitpun ...................saya berkomentar soal ini
December 25, 2010 at 9:34pm · Like
Herlin Delly oh gitu ..... gimana nih Admin FIS , bener gak tuh
December 25, 2010 at 9:35pm · Like
Aida C'est <> Mattalatta Pawiseang likes your comment: "mas Boedi: bukan di blok tetapi itu..." 22:44
*
Wisnu B Prakasa likes your comment: "Fungsi notification facebook untuk..." 22:42
*
Boedi Tjahjono commented on a post in Forum ...See More
December 25, 2010 at 9:50pm · Like
Basri Hasan Siapa yg mendelete, langsung tunjuk aja. Kalau didelete sendiri nggak relevan.
December 25, 2010 at 9:51pm · Like
Aida C'est <>beberapa menit yang lalu pukul 22:23 pak pri komentar dan itu masuk kesemua yang juga berkomentar di FIS khusunya di catatan ini silahkan di cocokkan saja setelah 19 jam lalu tidak ada komentar lalu pertama dengan di mulai 1 jam sebelumny...See More
December 25, 2010 at 9:53pm · Like
Ade Muhammad aku punya otoritas menghapus koment yg tidak sesuai, tapi itu sebatas gambar porno atau pengacau spt yg kemarin terjadi ... tidak pernah sekalipun adu gagasan sekeras apapun aku delete ... apalagi Pak Pri yang sudah menjadi partner diskusi kenegaraan
December 25, 2010 at 9:59pm · Like · 2 people
Basri Hasan Saya juga sebagai admin tidak ada mendelete apapun dalam 3x24 jam terakhir. Itupun yg aku delete pornographic posting. Pak Pri mohon anda gentleman.
December 25, 2010 at 10:02pm · Like · 1 person
Ade Muhammad tapi meskipun demikian ini kritik yg perlu, karena jangankan yg lain, akupun seringkali komen dan tidak muncul, terus kadang kadang muncul belakangan pernah juga dobel dobel, terutama kalau pagi dan siang ... kalau malam biasanya lancar (dari perspektif jaringan dirumahku di jakarta pusat)
December 25, 2010 at 10:04pm · Like · 1 person
Prihandoyo Kuswanto Pak Basri buat apa saya berbohong ,saya diskusi dengan mas Ade sedebad apa pun ngak ada masalah , kalau anda menuduh saya silakan ,dan peristiwa seperti ini bukan sekali saya alami , kalau saya memang tidak dikehendaki ngak apa kok
December 25, 2010 at 11:31pm · Like · 1 person
Ade Muhammad sudah sudah, memang ternyata kapasitas facebooknya yang bermasalah ... aku udah klarifikasi, disertai dengan bukti ... tapi jika memang terjadi lagi segera kontak kita, biar komplain ini kita jadikan bahan utk pelayanan yg lebih baik lagi. terimakasih kritikannya pak Pri ...
December 25, 2010 at 11:43pm · Like · 1 person

No comments:

Post a Comment